Kamis, 30 Januari 2014

[Don’t] Judge A Book by Its Cover . Part 2


***                                    ***
Sesampainya di Jakarta,
“Kamu beneran mau langsung balik ke Bandung neng? Ngga mau ikut teteh dulu atau nemuin teh Mela?”
“Ngga teh.. Lista mau langsung balik aja.”
“Kalo gitu teh Lisa temenin nyari bus ya..”
“Ngga usah teh.. Lista bisa sendiri kok. Dan kali ini insyaAlloh ngga bakal salah bus lagi. hehee…”
Lisa tersenyum lalu berpamitan dan berjanji akan mengunjungi Lista jika kembali ke Bandung.
Lista masih duduk melamun di terminal, pikirannya ingin segera kembali ke Bandung. Tapi hatinya menginginkan bertemu dengan teh Mela. Pikirannya terus saja mengingatkan betapa bencinya ia pada teh Mela, betapa ia jengkel karena kakaknya itu tak pernah mengunjunginya, lantas kenapa ia sekarang harus mengunjungi teh Mela? Tapi hatinya rindu, rindu ingin bertemu kakak semata wayangnya itu.
Dua jam sudah Lista duduk di sana. Banyak calo yang menawari tiket, tapi sebanyak itu juga ia tidak menghiraukan.
“Aku udah sejauh ini.. aku harus ngomong perasaanku yang sebenernya ke teh Mela seperti yang di katakan teh Lisa tadi. Kalo aku diem dan nyimpen perasaan ini terus, teh Mela bakalan terus jauh dari aku..” tutur Lista dengan tekad bulat. Lalu ia mengirim pesan pada kakaknya bahwa ia berada di terminal dan minta di jemput. Tidak seperti yang diharapkan Lista, yang membalas pesannya adalah asisten teh Mela yang menjawab bahwa sebuah taksi akan menjemputnya. Mela sedang shooting video klip untuk sebuah band.
Rasa menyesal dan jengkel kembali menyeruak di hati Lista. Tapi tekadnya sudah bulat, jadi ia membuang jauh-jauh rasa itu. Tak berapa lama, sebuah taksi berhenti di hadapannya.
“Mbak Lista kan?” tanya sang supir taksi. Sebenarnya Lista lebih senang dipanggil neng tapi ya sudah lah mungkin supir itu orang jawa.
“Iya Pak..”
“Mari saya antar ke apartemen Mbak Mela.”
Ternyata Lista masih harus menunggu di apartemen Mela. Hanya ada seorang pembantu yang sedang menyiapkan makan.
“Mbak Lista mau makan apa? Mbak Mela bilang mbak Lista boleh minta apa aja..” tawar pembantu itu.
“Seadanya saja, Bi.” Ucap Lista singkat, dalam hati “sebenarnya apa saja asal teh Mela di sini..” gumamnya dengan sedih.
Tak lama kemudian ada pesan dari Mela,
Lista, kamu makan duluan ya. Teteh masih ada shooting, kayaknya nanti pulangnya malem.”
Sebaris kalimat yang sukses membuat perasaan jengkel Lista kembali hadir. Tapi Lista memutuskan untuk tidak makan sebelum Mela pulang. Akhirnya ia tertidur di sofa dengan pulasnya.
Keesokan harinya Lista terbangun oleh sentuhan hangat sinar matahari, entah siapa yang memindahkannya tidur di kamar. Ia bergegas mencari Mela,
“Bi, teh Mela kemana?” Lista tidak menemukan kakaknya di manapun.
“Tadi mbak Mela sudah berangkat pagi-pagi sekali Mbak, katanya ada shooting di  daerah yang cukup jauh dari sini. Dan kali ini Bibi di pesan buat maksa mbak Lista sarapan..”
Lista tak menyangka, bahkan Mela tak mengucapkan sepatah katapun sebelum berangkat. Lista jengkel, ia mengambil handphonenya dan mengirim sebuah pesan kepada kakaknya,
“Teh Mela, bahkan kita belum bicara apa apa. Aku benci teteh.”
Lalu Lista membanting ponselnya dan menangis sesenggukan.. hingga ia tertidur lagi.

Lista terbangun di tempat berbeda, Lista terbangun di sebuah taman bunga yang begitu indah. Lista tersihir oleh keindahan di sekelilingnya. Ia berlari-larian seperti anak kecil, ia mengejar kupu-kupu dan bermain-main dengan semut. Tiba-tiba ia mendengar seseorang memanggil namanya,
“Lista…” itu suara teh Mela. Lista menoleh dan melihat kakaknya sedang tersenyum dengan hangat. Lista gembira dan langsung berlari menghampiri kakaknya. Lista memeluk Mela dengan erat, sangat erat.
“Lista, maafin teteh.. tapi sekarang teteh harus pergi.” Bisik Mela di telinga Lista.
“Nggak.. teh Mela mau kemana lagi? teteh udah terlalu sering ninggalin Lista. Lista nggak bakal nglepasin teh Mela..” pelukan Lista semakin erat, namun sebuah kekuatan dahsyat menarik Mela dari pelukannya.. Lista tak sanggup menahan pelukannya lagi hingga Mela tertarik menjauh.. semakin jauh dan terbang tinggi….

“Mbak Lista, Mbak Lista, Mbak bangun Mbak..” bibi di apartemen Mela membangunkan Lista dari mimpi buruknya.
Lista terhenyak kaget dan bangun dengan nafas memburu. Ia memimpikan hal yang begitu mengerikan, bahwa teh Mela akan meninggalkannya untuk selamanya. Lista benar-benar harus bertemu teh Mela sekarang juga,
“Bi, apa teh Mela udah pulang?”
Si bibi tidak segera menjawab, bibi menundukkan kepalanya dengan murung. Lalu Lista melihat bibi itu meneteskan air mata, membuat Lista semakin khawatir.
“Bi? Ada apa dengan teh Mela?”
“Hiks.. mbak Mela.. mbak Mela kecelakaan mbak. Hiks, sekarang di rumah sakit..”
“Apa? Nggak, bibi bohong kan?” Lista menangis saat teringat mimpinya tadi. Ia benar-benar tak mau kehilangan teh Mela.
“Kita harus ke sana sekarang juga Bi..” itu lah kalimat terakhir yang Lista ingat ia ucapkan sebelum akhirnya Lista jatuh pingsan.
***                                    ***
Lista berusaha membuka matanya yang masih susah untuk di gerakkan. Ia mengedip-ngedipkan matanya hingga akhirnya bisa melihat dengan jelas. Lista terbangun di tempat yang mengerikan, ranjang rumah sakit. Ia bisa melihat dengan jelas seorang dokter sedang berbicara pada Bibi di depan pintu.
“Bi..?” ucapnya lirih.
“Mbak Lista? Jangan banyak gerak dulu mbak..” bibi menghampiri Lista.
“Aku.. kenapa bi? Mana teh Mela?”
“Mbak Lista ngga apa-apa mbak. Kata dokter mbak Lista shock dan juga ini akibat mbak Lista nggak makan sejak kemarin..”
“Biiii….. teh Mela mana? aku mau ketemu teh Mela.” Sahut Lista tak sabar.
“Mbak Mela.. masih di ICU mbak..”
Lista bergegas bangun dan mencari ruang itu. Susah payah Bibi membawakan infus Lista karena Lista yang tidak sabar ingin keluar mencari kakaknya.
Lista berlari keluar ruangan dan terhenti di depan pintu saat ia menyadari bahwa di koridor berjajar puluhan wartawan, tapi Lista tak berhenti lama. “Tentu saja, teh Mela adalah artis papan atas..” batinnya. Salah satu wartawan berdiri dan mendekati Lista,
“Mbak Lista, bagaimana keadaan anda sekarang?” tanyanya. Dan sedetik kemudian wartawan lainnya ikut-ikutan, di susul puluhan wartawan dan camera man lain. Itu membuat Lista pusing dan jengkel. Lista menerobos mereka dan meminta Bibi menunjukkan jalan ke ruang ICU.
Lista berjalan perlahan sambil memegang infus mendekati kakaknya yang terbaring di ranjang tak berdaya. Air mata Lista mulai mengalir, disentuhnya tangan Mela..
“Teh.. bangun teh.. ini Lista teh.. Lista udah nggak marah lagi sama teteh.. teh Mela bangun ya..” bisiknya di telinga Mela meskipun hanya keheningan yang menjawabnya. Lista teringat bahwa kalimat terakhir yang ia kirimkan adalah aku benci teteh. Sekarang Lista sangat menyesalinya, tangisnya semakin menjadi.
“Teh.. maafin Lista.. mungkin Putri bener, bahwa harusnya Lista yang ngertiin teteh. Lista janji nggak bakal jengkel sama teh Mela lagi.. asalkan teh Mela sekarang bangun teh.. teh Melaaa….” Lista mengguncang pelan bahu Mela.
Lalu perlahan di rasakannya tangan Mela yang bergerak,
“Teh Mela? Teteh denger Lista? Bangun teh…” Lista sedikit tersenyum.
Dan kini Mela mulai mengerjapkan matanya, perlahan Mela membuka mata..
“Lis..ta?” ucapnya lirih.
“Teh Mela.. iya teh, ini Lista teh.. teteh ngga boleh nutup mata lagi.. teteh harus terus bangun..” ucapnya masih dengan tangis.
Tangan Mela meraih rambut Lista dengan perlahan, mengelusnya..
“Lista.. maafin teh Mela ya?” ucap Mela.
“Nggak teh.. jangan ucapin kalimat semacam itu..”
“Lista, kamu temuin asisten teh Mela ya?”
“Teteh ini ngomongin apa? Teh Mela lupain dulu kerjaan teteh, Lista bakalan nemenin teh Mela di sini..”
“Kamu sekolah yang rajin ya.. mulai sekarang teteh nuntut kamu buat selalu jadi juara..”
“Teh…”
“Teh Mela bangga punya adik yang mandiri kayak Lista.. mulai sekarang kamu jangan kangen sama teteh ya..”
“Teh Melaa…”
“Teh Mela… sa…yang… Lista……” Mela mulai susah berbicara.
Itu kalimat terakhir yang di ucapkannya sebelum matanya terpejam..
“Teh Melaaa???? Dokter! Dokter!!”
Seorang dokter dan dua perawat memasuki ruang ICU dan memeriksa Mela. Dokter itu menggelengkan kepalanya perlahan.. dua perawat pun serentak mengucapkan inna lillahi wa inna ilaihi roji’un.
Lista menangis, mengguncang tubuh kakaknya, berharap matanya akan terbuka kembali..
“Nggak mungkin! Teh Mela, bangun! Bangun teh! Lista juga sayang teh Mela..”
***                                    ***
Lima hari sudah setelah kepergian Mela, lima hari pula Lista mengurung diri di dalam kamar kakaknya di apartemen. Lista hanya berdiam, melamun, menangis, dan merindukan kakaknya.
Thok thok thok… “Mbak Lista.. makan dulu ya?” suara Bibi dari luar pintu, tapi Lista tak mengucapkan sepatah kata pun, “nanti Mbak Ajeng, asistennya mbak Mela mau ke sini lagi.. hari ini mbak Lista mau keluar ya mbak?” lanjut Bibi.
Lista selalu mendengar ucapan Bibi meskipun tidak dan tidak berusaha memahaminya. Tapi hari ini saat Lista mendengar kata ‘asisten’ ia teringat pada pesan teh Mela padanya : “Lista, kamu temuin asisten teh Mela ya?. Mungkinkah ada hal penting yang akan dia sampaikan? Maka Lista mengusap wajahnya dan memutuskan untuk beranjak dari ranjang, Bibi terkejut sekaligus lega saat melihat Lista membuka pintu untuknya.
“Iya Bi.. aku mau makan dan nemuin asisten teh Mela..” tutur Lista dengan tegas.
“Mbak Listaa..” ucap Bibi terharu.
“Dan satu lagi Bi, aku nggak suka di panggil ‘Mbak’. Lebih baik Bibi panggil aku ‘neng’..” lalu Lista mengambil nampan di tangan Bibi dan menutup pintu. Sepersekian detik sebelum Bibi melangkah, Lista membuka pintu lagi dan berkata,
“Makasih bi…” lalu menghilang di balik pintu. Bibi tersenyum bahagia, “Iya Neng..” teriak Bibi. Meskipun sikap Lista berubah menjadi tegas, tapi Bibi masih melihat bekas air mata di pipinya.

“Uhm… Lista, saya Ajeng. Mantan asisten Mbak Mela..”
“Iya?” sahut Lista dengan tatapan tidak sabar.
“Eh iya. Ini, saya hanya diberi pesan untuk menyampaikan dokumen-dokumen dalam map ini...” Ajeng menyodorkan sebuah map tebal kepada Lista.
Lista langsung membuka map itu dan membaca satu per satu dokumen di dalamnya.  Dokumen-dokumen yang di baca Lista sukses membuat Lista meneteskan air mata lagi. beberapa diantara dokumen itu adalah sertifikat kepemilikan tanah dan saham, tapi bukan itu yang membuat Lista menangis. Dokumen yang membuat Lista menangis dan menyesal adalah dokumen-dokumen yang berisi rekam medis mengenai kesehatan kakaknya.
“Jadi.. teh Mela selama ini mengidap kanker otak? Kenapa teh Mela ngga pernah cerita?”
“Uhm.. Lista, dan ini surat dari mbak Mela buat kamu..” Ajeng menyodorkan sebuah amplop kecil. Lista segera meraih dan membukanya, selain berisi sepucuk surat tapi juga berisi sebuah kalung emas yang tidak asing bagi Lista,

Dear Lista sayang,
Lista.. sebelumnya maafin teh Mela ya neng. Teteh tau kamu pasti benci ka teteh. Teh Mela juga tau sebabnya. Tapi keadaan ini bukan juga yang bener-bener teteh harapkan. Setiap detik, setiap menit, setiap jam.. teteh kangen adik manis teteh yang terpaksa teteh tinggalin di Bandung.
Tapi, setelah hari itu, hari dimana teteh di vonis dokter mengidap kanker otak stadium 3, teteh bener-bener ngga berani menatap kamu Lista. Teteh ngga berani cerita yang sebenernya, teteh ngga mau kamu ikut bersedih.. mungkin teteh ngga bisa nemenin kamu selamanya, yang bisa teteh tinggalkan hanya materi untuk bekal hidup kamu. Teteh harap kamu bakal jadi anak yang rajin dan berprestasi. Lista jangan jadi kayak teteh ya…
Kalung Umi sekarang jadi milik Lista, jaga baik-baik ya neng…
Teh Mela sayang Lista.


“Teh Mela…. Lista bener-bener nyesel. Sebenernya teteh yang tersiksa selama ini, tapi Lista menghabiskan hari-hari dengan membenci teteh.. Lista minta maaf teh. Lista janji bakalan jadi seperti yang teteh harapkan…”




Karanganyar, 30 Januari 2014
06:15 pm

Semoga Bermanfaat :-) 

3 komentar:

  1. Balasan
    1. alhamdulillah.. terimakasih mba Lulu.. :-)

      baca juga cerpen yang lain ya.. semga bermanfaat :-)

      Hapus
  2. Luar biasa,

    Disini Supplier Vinyl Lantai anti bakteri terlengkap, Tersedia vinyl rumah sakit seperti pada kamar operasi, ICU, NICU, PICU, Lab, KLinik dll.
    Dapatkan pelapis lantai harga murah hanya di Toko Lantai Vinyl Jakarta.
    Jenis Vinyl Pelapis Lantai terbaik dan berkualitas, Produk Impor bersertifikat ISO.
    Distributor Lantai Vinyl Harga murah se indonesia.
    Inilah jenis Vinyl Lantai Rumah Sakit terpopuler pemakaiannya pada rumah sakit saat ini, Lebih khusus pada kamar operasi.
    Jual Wallpaper Dinding 3D harga murah, Gambar dan ukuran sesuai kebutuhan.

    BalasHapus