s4stika
Ternyata, tidak selamanya udara
kering dan sinar matahari siang yang terasa panas menyengat kulit bisa membuat
seseorang merengut dan ngomel-ngomel sebal. Buktinya Lisa hanya termenung
berdiri dengan tatapan kosong di depan gedung B FKIP UNS siang itu.
Ternyata, tidak selamanya hilir
mudik manusia dan kendaraan bermotor membuat seseorang merasa pusing dan penat.
Buktinya Lisa hanya berdiri tercengang tanpa ekpresi sembari menatap sebuah
mobil yang terparkir tepat di depan gedung B FKIP UNS.
Dan ternyata, justru sebuah sentuhan lembut dan salam seorang teman yang
membuat Lisa akhirnya terbangun dari diamnya,
“Assalamu’alaikum Lisa..” ucap Rini lembut.
Sentuhan itu tidak membuat Lisa seketika saja terkejut, tidak, karena
diamnya Lisa bukanlah karena lamunan, melainkan diam sebuah keterkejutan.
Bagaimana bisa seseorang yang sedang dalam keadaan terkejut menjadi lebih
terkejut lagi hanya oleh sapaan lembut?
“Wa’alaikumsalam, Rini.. ngapain disini?” jawab Lisa tak kalah lembut.
“Hahaha.. kamu ini ada-ada aja. Harusnya aku yang nanya kamu, ngapain
kamu berdiri di tengah jalan di hari yang panas kayak gini? Bukannya bentar
lagi kita ada kuliah?”
“Ah iya… hehe ayo!” cengir Lisa sambil melenggang menuju gedung D.
“Semoga kita nggak telat ya Lis..” tutur Rini.
“Hmmm…” sahut Lisa datar.
“Yah, malu aja kan sama Pak Dodi kalo telat mulu.. hehe”
Lisa serta merta menghentikan langkahnya, berdiri tercengang lagi.
“Lis? Ada apa?”
“Kita, kita mau kuliah sama Pak Dodi ya? Pak Dodi?” ucap Lisa tergagap.
“Iya lah.. siapa lagi Lis? Kamu ini..” Rini menyentuh dahi Lisa dengan
punggung tangannya, “kamu sakit?” lanjutnya.
“A, aku nggak kenapa-kenapa kok. Ayo jalan..”
***
Di kelas, Lisa tak pernah mengangkat pandangannya sedetik pun dari
Hand-Out perkuliahan Listrik Magnet di atas mejanya. Bukan, bukan karena ia
konsentrasi belajar, tapi karena ia masih belum percaya pada apa yang baru saja
disadarinya siang ini.
Pak Dodi menjelaskan panjang lebar mengenai Arus Listrik sembari
menuliskan beberapa catatan tambahan di papan tulis, tapi itu tak cukup bisa
membuat Lisa mengalihkan pandangannya. Ia hanya melirik pada catatan Rini yang
duduk di sampingnya, meskipun lebih seringnya ia melirik sejenak lalu sedetik
kemudian memberi tatapan kosong lagi.
“Lis, kamu kenapa sih? Dari tadi nunduk mulu? Padahal biasanya cerewet
nanya-nanya ke Pak Dodi…” bisik Rini.
“Ng.. nggak apa-apa kok Rin,”
“Hmm.. ya udah deh kalo nggak mau cerita,” ucap Rini agak nyaring dan
membuat kelas seketika hening. Termasuk Pak Dodi, beliau menghentikan tarian
tangannya yang tadinya menuliskan sederet rumus untuk mencari arus jika
diketahui rapat muatan volum dan vektor kecepatan.
“Ada cerita apa Rini?” tanya sang dosen muda itu dengan tatapan mata
bulatnya yang membuat jantung Rini berdegup kencang. Ah bukan hanya Rini,
tatapan mata bulat sang dosen menyihir hampir semua mahasiswinya, kecuali Lisa
tentunya karena ia hanya tertunduk.
“Uhm.. ti, tidak ada Pak. Maaf, Pak...” jawab Rini tergagap.
***
Usai perkuliahan.
“Lisa, aku marah sama kamu lah..” ucap Rini dibuat-buat, “gara-gara kamu
aku tadi jadi malu di depan dosen kesayanganku..”
“Ah mana ada orang marah bilang-bilang?” sahut Lisa.
“Hahaha… tapi emang sebenernya ada apaan sih Lis? Tadi pas perkuliahan
kamu tuh nunduk mulu. Sekarang aja pas Pak Dodi udah keluar kamu berani
ngangkat kepala. Udah ngrasain pegel akhirnya? haha”
“Hehe iya Rin.. aku nggak berani aja ngliat Pak Dodi,”
“Hah? Kenapa? Jangan-jangan kamu juga ikutan suka sama pak Dodi ya? hehe”
“Bbb.. bukan gitu Rin, aku cuman,”
“Cuman apa hayoooo???”
“Kalo ngliat Pak Dodi aku jadi inget suatu kejadian yang mengerikan
Rin,”
“Apaan Lis? Kejadian mengerikan?! Terjadi sama Pak Dodi?!” ucap Rini
histeris hingga membuat mahasiswa-mahasiswa lain menoleh ke arahnya, dan
sepersekian detik kemudian Lisa dan Rini dikerumuni berpuluh-puluh mahasiswa
dengan tatapan penasaran dan menuntut penjelasan.
Lisa gelagapan meski masih bisa bernapas dan menghirup oksigen dengan
lancar. Rini ikut-ikutan bingung, tapi sekaligus memberi tatapan meminta
penjelasan dari Lisa.
“Tapi.. aku nggak mau cerita.” Ucap Lisa akhirnya,
“Loh? Jangan gitu dong Lis,” ucap Nina.
“Iya, jangan bikin orang penasaran dong,” sahut Putri.
“Lisa nggak asik ah..” sahut Memey, dan disusul sahutan-sahutan lain
yang membuat Lisa kian gelagapan.
“Ttt.. tapi, ini rahasia..” tutur Lisa.
“Iya, kita bakal jaga rahasia kok,” sahut Nina.
“Iya, sumpeh deh..” ucap Memey.
“Iya udah cerita aja deh Lis,” timpal Putri, dan disusul sahutan-sahutan
janji lain yang membuat Lisa kian gelagapan.
Lisa menundukkan kepalanya yang pening, ia mencoba menenangkan diri dan
menutup kedua matanya. Mengumpulkan keberanian untuk menceritakan sebuah fakta
mengerikan yang seharusnya menjadi rahasia itu…….
“Oke, tapi sebelumnya aku mau nggak ada yang nyela saat aku cerita..”
kerumunan pun menjadi hening, “sebenernya dari tadi aku diem dan nunduk pas
perkuliahan karna aku takut. Aku takut kebayang kejadian mengerikan yang aku
saksikan dua hari lalu.” Lisa menarik napas berat.
“Dua hari lalu di jalan pulang, seperti biasa aku nglewatin jalan sepi
menuju kampungku. Cuman ada dua orang yang aku lihat lagi nanem padi di sawah.
Di jalan juga sepi pengendara. Jujur, saat itu aku ngelamun. Dan di tengah
lamunan, tiba-tiba aku denger teriakan perempuan dan decitan rem mobil dari
belakang.”
“Aku panik, terus aku pelanin laju motorku dan aku natap spion kananku.
Aku kaget dan ngerem seketika pas ngliat seorang wanita terkapar di tengah
jalan dengan bersimpah darah. Aku tambah panik pas ngliat sekeliling tapi ngga
nemuin ada tanda-tanda orang satu pun..” Lisa menghela napas berat. Teman-temannya
mulai menunjukkan ekspresi yang bervariasi. Ada yang menutup mulut dengan
tangan, ada yang membulatkan mata, ada yang bergidik ngeri, dan sebagainya.
“Dalam keadaan normal mungkin aku bakalan ngegas dan pergi secepatnya
buat nyari bantuan. Tapi ngga tau kenapa aku justru refleks mbalik motorku dan
ngehampiri wanita itu buat nyoba nolongin. Saat itu lah aku ngliat mobil yang
habis nabrak wanita itu justru mbelok ke tikungan dan melaju dengan cepat.
Pengendaranya ngga mau tanggung jawab. Itu kasus tabrak lari yang pertama kali
aku saksikan sendiri dengan mata kepalaku.”
“Tapi, pas udah nyampe di posisi wanita yang ditabrak itu, aku berhenti
dan masih bisa ngeliat plat nomor mobil yang kabur itu. Aku ngrasa kenal plat
nomor itu tapi aku setengah nggak percaya. Pas ditanya orang-orang dan polisi,
aku boong. Aku bilang aku ngga sempet ngeliat karna mobil itu cepet banget,
meskipun sebenernya aku masih hafal betul plat nomor itu. Tapi, aku ngga berani bilang karna…” Lisa
berhenti.
“Karena apa Lisa?” tanya Rini pelan.
“Karena plat nomor itu sama persis dengan plat
nomor mobilnya Pak Dodi…” ucap Lisa lirih, membuat teman-temannya memberikan
ekspresi yang bervariasi kembali….
Lisa tersenyum dan membuka matanya. Apa jadinya kalau ia benar-benar
menceritakan fiksi dalam imajinasinya itu? Berapa hati yang akan kecewa pada
dosen muda kesayangan mereka itu? Berapa hati yang akan berbalik membenci Pak
Dodi? Imajinasi tabrak lari itu membuat Lisa senyam-senyum sendiri.
“Lis, kok malah senyam-senyum nggak jelas? Buruan cerita…” ucap Putri
tak sabar.
“Jadi, uhm… rahasianya adalah… kemarin aku ketemu Pak Dodi di lampu
merah. Nah, tapi pas di lampu merah itu aku ngga sadar kalo di sampingku itu
mobilnya pak Dodi. Tapi sayangnya, kayaknya pak Dodi tahu aku soalnya helmku
kacanya ngga aku tutupin. Nah pas timer udah angka 3 aku langsung ngegas dan
ngebut gitu aja.”
“Terus kenapa Lis? Apanya yang mengerikan?” sahut Rini.
“Ssstt.. sabar dong. Nah, tadi siang pas aku baru dari perpus FKIP di
gedung B, aku kan jalan mau ke gedung D, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di
depan aku. Dan pengendaranya mbuka kaca depan, ternyata itu pak Dodi. Aku
tercengang lah ya… trus dengan santainya pak Dodi bilang “Lisa, lain kali kalau di lampu merah tunggu angka nol ya, dan jangan
suka ngebut” gitu. Ya aku malu, mungkin wajahku udah merah banget tadi.
Tapi terus pak Dodi segera pergi parkir… hehehe”
“Eerrgghh… dimana mengerikannya Lisa?!!!” teman-teman Lisa pun mencibir
dan memberi tanggapan yang bervariasi.
20:13
WIB
Karanganyar,
3 Desember 2014
Semoga
Menghibur Bermanfaat :-)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar