Rabu, 03 Desember 2014

Plat Nomor Pak Dosen



s4stika

            Ternyata, tidak selamanya udara kering dan sinar matahari siang yang terasa panas menyengat kulit bisa membuat seseorang merengut dan ngomel-ngomel sebal. Buktinya Lisa hanya termenung berdiri dengan tatapan kosong di depan gedung B FKIP UNS siang itu.
            Ternyata, tidak selamanya hilir mudik manusia dan kendaraan bermotor membuat seseorang merasa pusing dan penat. Buktinya Lisa hanya berdiri tercengang tanpa ekpresi sembari menatap sebuah mobil yang terparkir tepat di depan gedung B FKIP UNS.

     
Dan ternyata, justru sebuah sentuhan lembut dan salam seorang teman yang membuat Lisa akhirnya terbangun dari diamnya,
“Assalamu’alaikum Lisa..” ucap Rini lembut.
Sentuhan itu tidak membuat Lisa seketika saja terkejut, tidak, karena diamnya Lisa bukanlah karena lamunan, melainkan diam sebuah keterkejutan. Bagaimana bisa seseorang yang sedang dalam keadaan terkejut menjadi lebih terkejut lagi hanya oleh sapaan lembut?
“Wa’alaikumsalam, Rini.. ngapain disini?” jawab Lisa tak kalah lembut.
“Hahaha.. kamu ini ada-ada aja. Harusnya aku yang nanya kamu, ngapain kamu berdiri di tengah jalan di hari yang panas kayak gini? Bukannya bentar lagi kita ada kuliah?”
“Ah iya… hehe ayo!” cengir Lisa sambil melenggang menuju gedung D.
“Semoga kita nggak telat ya Lis..” tutur Rini.
“Hmmm…” sahut Lisa datar.
“Yah, malu aja kan sama Pak Dodi kalo telat mulu.. hehe”
Lisa serta merta menghentikan langkahnya, berdiri tercengang lagi.
“Lis? Ada apa?”
“Kita, kita mau kuliah sama Pak Dodi ya? Pak Dodi?” ucap Lisa tergagap.
“Iya lah.. siapa lagi Lis? Kamu ini..” Rini menyentuh dahi Lisa dengan punggung tangannya, “kamu sakit?” lanjutnya.
“A, aku nggak kenapa-kenapa kok. Ayo jalan..”
***
Di kelas, Lisa tak pernah mengangkat pandangannya sedetik pun dari Hand-Out perkuliahan Listrik Magnet di atas mejanya. Bukan, bukan karena ia konsentrasi belajar, tapi karena ia masih belum percaya pada apa yang baru saja disadarinya siang ini.
Pak Dodi menjelaskan panjang lebar mengenai Arus Listrik sembari menuliskan beberapa catatan tambahan di papan tulis, tapi itu tak cukup bisa membuat Lisa mengalihkan pandangannya. Ia hanya melirik pada catatan Rini yang duduk di sampingnya, meskipun lebih seringnya ia melirik sejenak lalu sedetik kemudian memberi tatapan kosong lagi.
“Lis, kamu kenapa sih? Dari tadi nunduk mulu? Padahal biasanya cerewet nanya-nanya ke Pak Dodi…” bisik Rini.
“Ng.. nggak apa-apa kok Rin,”
“Hmm.. ya udah deh kalo nggak mau cerita,” ucap Rini agak nyaring dan membuat kelas seketika hening. Termasuk Pak Dodi, beliau menghentikan tarian tangannya yang tadinya menuliskan sederet rumus untuk mencari arus jika diketahui rapat muatan volum dan vektor kecepatan.
“Ada cerita apa Rini?” tanya sang dosen muda itu dengan tatapan mata bulatnya yang membuat jantung Rini berdegup kencang. Ah bukan hanya Rini, tatapan mata bulat sang dosen menyihir hampir semua mahasiswinya, kecuali Lisa tentunya karena ia hanya tertunduk.
“Uhm.. ti, tidak ada Pak. Maaf, Pak...” jawab Rini tergagap.
***
Usai perkuliahan.
“Lisa, aku marah sama kamu lah..” ucap Rini dibuat-buat, “gara-gara kamu aku tadi jadi malu di depan dosen kesayanganku..”
“Ah mana ada orang marah bilang-bilang?” sahut Lisa.
“Hahaha… tapi emang sebenernya ada apaan sih Lis? Tadi pas perkuliahan kamu tuh nunduk mulu. Sekarang aja pas Pak Dodi udah keluar kamu berani ngangkat kepala. Udah ngrasain pegel akhirnya? haha”
“Hehe iya Rin.. aku nggak berani aja ngliat Pak Dodi,”
“Hah? Kenapa? Jangan-jangan kamu juga ikutan suka sama pak Dodi ya? hehe”
“Bbb.. bukan gitu Rin, aku cuman,”
“Cuman apa hayoooo???”
“Kalo ngliat Pak Dodi aku jadi inget suatu kejadian yang mengerikan Rin,”
“Apaan Lis? Kejadian mengerikan?! Terjadi sama Pak Dodi?!” ucap Rini histeris hingga membuat mahasiswa-mahasiswa lain menoleh ke arahnya, dan sepersekian detik kemudian Lisa dan Rini dikerumuni berpuluh-puluh mahasiswa dengan tatapan penasaran dan menuntut penjelasan.
Lisa gelagapan meski masih bisa bernapas dan menghirup oksigen dengan lancar. Rini ikut-ikutan bingung, tapi sekaligus memberi tatapan meminta penjelasan dari Lisa.
“Tapi.. aku nggak mau cerita.” Ucap Lisa akhirnya,
“Loh? Jangan gitu dong Lis,” ucap Nina.
“Iya, jangan bikin orang penasaran dong,” sahut Putri.
“Lisa nggak asik ah..” sahut Memey, dan disusul sahutan-sahutan lain yang membuat Lisa kian gelagapan.
“Ttt.. tapi, ini rahasia..” tutur Lisa.
“Iya, kita bakal jaga rahasia kok,” sahut Nina.
“Iya, sumpeh deh..” ucap Memey.
“Iya udah cerita aja deh Lis,” timpal Putri, dan disusul sahutan-sahutan janji lain yang membuat Lisa kian gelagapan.
Lisa menundukkan kepalanya yang pening, ia mencoba menenangkan diri dan menutup kedua matanya. Mengumpulkan keberanian untuk menceritakan sebuah fakta mengerikan yang seharusnya menjadi rahasia itu…….
“Oke, tapi sebelumnya aku mau nggak ada yang nyela saat aku cerita..” kerumunan pun menjadi hening, “sebenernya dari tadi aku diem dan nunduk pas perkuliahan karna aku takut. Aku takut kebayang kejadian mengerikan yang aku saksikan dua hari lalu.” Lisa menarik napas berat.
“Dua hari lalu di jalan pulang, seperti biasa aku nglewatin jalan sepi menuju kampungku. Cuman ada dua orang yang aku lihat lagi nanem padi di sawah. Di jalan juga sepi pengendara. Jujur, saat itu aku ngelamun. Dan di tengah lamunan, tiba-tiba aku denger teriakan perempuan dan decitan rem mobil dari belakang.”
“Aku panik, terus aku pelanin laju motorku dan aku natap spion kananku. Aku kaget dan ngerem seketika pas ngliat seorang wanita terkapar di tengah jalan dengan bersimpah darah. Aku tambah panik pas ngliat sekeliling tapi ngga nemuin ada tanda-tanda orang satu pun..” Lisa menghela napas berat. Teman-temannya mulai menunjukkan ekspresi yang bervariasi. Ada yang menutup mulut dengan tangan, ada yang membulatkan mata, ada yang bergidik ngeri, dan sebagainya.
“Dalam keadaan normal mungkin aku bakalan ngegas dan pergi secepatnya buat nyari bantuan. Tapi ngga tau kenapa aku justru refleks mbalik motorku dan ngehampiri wanita itu buat nyoba nolongin. Saat itu lah aku ngliat mobil yang habis nabrak wanita itu justru mbelok ke tikungan dan melaju dengan cepat. Pengendaranya ngga mau tanggung jawab. Itu kasus tabrak lari yang pertama kali aku saksikan sendiri dengan mata kepalaku.”
“Tapi, pas udah nyampe di posisi wanita yang ditabrak itu, aku berhenti dan masih bisa ngeliat plat nomor mobil yang kabur itu. Aku ngrasa kenal plat nomor itu tapi aku setengah nggak percaya. Pas ditanya orang-orang dan polisi, aku boong. Aku bilang aku ngga sempet ngeliat karna mobil itu cepet banget, meskipun sebenernya aku masih hafal betul plat nomor itu.  Tapi, aku ngga berani bilang karna…” Lisa berhenti.
“Karena apa Lisa?” tanya Rini pelan.
“Karena plat nomor itu sama persis dengan plat nomor mobilnya Pak Dodi…” ucap Lisa lirih, membuat teman-temannya memberikan ekspresi yang bervariasi kembali….

Lisa tersenyum dan membuka matanya. Apa jadinya kalau ia benar-benar menceritakan fiksi dalam imajinasinya itu? Berapa hati yang akan kecewa pada dosen muda kesayangan mereka itu? Berapa hati yang akan berbalik membenci Pak Dodi? Imajinasi tabrak lari itu membuat Lisa senyam-senyum sendiri.
“Lis, kok malah senyam-senyum nggak jelas? Buruan cerita…” ucap Putri tak sabar.
“Jadi, uhm… rahasianya adalah… kemarin aku ketemu Pak Dodi di lampu merah. Nah, tapi pas di lampu merah itu aku ngga sadar kalo di sampingku itu mobilnya pak Dodi. Tapi sayangnya, kayaknya pak Dodi tahu aku soalnya helmku kacanya ngga aku tutupin. Nah pas timer udah angka 3 aku langsung ngegas dan ngebut gitu aja.”
“Terus kenapa Lis? Apanya yang mengerikan?” sahut Rini.
“Ssstt.. sabar dong. Nah, tadi siang pas aku baru dari perpus FKIP di gedung B, aku kan jalan mau ke gedung D, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depan aku. Dan pengendaranya mbuka kaca depan, ternyata itu pak Dodi. Aku tercengang lah ya… trus dengan santainya pak Dodi bilang “Lisa, lain kali kalau di lampu merah tunggu angka nol ya, dan jangan suka ngebut” gitu. Ya aku malu, mungkin wajahku udah merah banget tadi. Tapi terus pak Dodi segera pergi parkir… hehehe”
“Eerrgghh… dimana mengerikannya Lisa?!!!” teman-teman Lisa pun mencibir dan memberi tanggapan yang bervariasi.



20:13 WIB
Karanganyar, 3 Desember 2014
Semoga Menghibur Bermanfaat :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar