Selasa, 24 Juni 2014

Untaian “Doa Ibu”nya Sekar Ayu Asmara


Sampul Belakang : Akhir-akhir ini, kehidupan pelukis Ijen banyak dihadang berbagai macam keanehan. Dimulai dari resepsi pernikahan sahabatnya, Khaled. Sang Pengantin wanita, Dewanti, menghilang begitu saja dari pelaminan.
Pencarian Dewanti membawa Ijen ke dalam perjalanan yang membuatnya semakin sesat dalam ketidakpastian. Satu per satu sahabatnya pun turut lenyap tak berbekas.


Sementara itu, Madrim berduka. Suaminya, Bintang Joyokusumo, meninggal karena serangan jantung. Bersama anaknya, Sinta, ia menerima tamu yang hadir melayat. Namun ia tak pernah menduga akan bertemu istri simpanan suaminya.
Kematian suaminya seakan membuka pintu masa lalu Madrim. Satu per satu, rahasia yang selama ini terpendam, mulai mengambang ke permukaan. Dan Madrim tak punya pilihan kecuali menghadapi kebenaran demi kebenaran yang terungkap. Termasuk tentang cinta terlarang yang selama ini tersimpan.
Rahasia tergelap baru terungkap, ketika kehidupan Ijen dan Madrim berhenti di titik putaran takdir yang sama. Sebuah masa lalu saling mengikat dan mengaitkan mereka berdua. Dan akhirnya membara mereka ke satu kebenaran yang paling hakiki.

Paragraf yang bagus (y) :
Bila bahagia bisa memilih warna, apakah warna pilihannya? Mungkinkah warnanya  rose madder deep? Apa cadmium yellow light? Atau manganese blue? (Halaman 5)

Ketika kecil Sinta bertanya, apakah itu, bintang yang ada setiap malam. Ayahnya menjawab, langit malam itu kehidupan. Dan setiap bintang yang bersinar merupakan kenangan. Dan seperti kenangan, bintang malam akan selalu indah. Ayah juga pernah bilang, luas langit malam tidak akan pernah cukup untuk memuat semua kenangan yang mereka berdua lalui dalam hidup. Bintang-bintang akan kupandang tak berkedip nanti malam, Ayah. Dan seperti juga namamu, bintang malam akan selalu indah di mataku. (Halaman 23)

Masa depan. Manusia memang harus selalu melangkah maju menuju masa depan. Meraih masa depan. Menggapainya. Menaklukannya. Namun, ada satu unsur yang sanggup menghentikan langkah manusia menuju masa depan. Saat di mana langkah harus sejenak dialihkan. Masa depan harus sejenak ditunda. Dan ini terjadi pada Sinta.
Unsur itu adalah cinta. (Halaman 25)

Ayah selalu mengingatkan, kecewa dan harapan seperti pagi dan malam. Mereka selalu bergandengan. Kita kecewa karena kita punya harapan yang tidak sampai. Besarnya rasa kecewa tergantung dari besarnya harapan. Semakin besar harapan, semakin besar pula rasa kecewa yang tertinggal bila harapan itu tidak bisa terpenuhi. Namun nasihat Ayah berikutnya mungkin menjadi kearifan yang lebih penting. Jangan pernah takut kecewa. Karena kalau kita takut kecewa, kita juga akan selalu takut melambungkan harapan.
Harapan. Manusia terpicu dan terpacu oleh harapan. Harapan bahwa hari esok akan lebih baik dari hari ini membuat manusia tak jemu menyambut pergantian hari… (Harapan 27)

“Sometimes denial is not the best solution, it’s THE ONLY solution…” (Halaman 44)

Warna kebekuan merupakan perpaduan warna-warna flake white dan permanent light blue. (Halaman 48)

Sinta meresapi setiap kata. Dendam memang bisa menjadi the driving force untuk mencapai keberhasilan. Namun Sinta masih yakin, keberhasilan bila dibangun dengan kerja keras dan cinta akan lebih mendatangkan ketenteraman jiwa. (Halaman 61)

Ijen lebih suka menyebut hijau rumput di depan tempat tinggal mereka di Jalan Kenangan sebagai warna hijau oxide green. Warna matahari yang hinggap pada ujung rumput di pagi hari lebih tepat disebut warna kuning aurora yellow. (Halaman 62)

Cemburu itu sesungguhnya tidak berwarna. Dia tidak segelap merah Venetian red. Juga tidak seintens hijau phthalocyanine green. (Halaman 68)

Cemburu itu selalu bikin segalanya runyam. Segelas es cendol bisa terasa anyir bila lidah sedang dikacaukan cemburu. Matahari terbenam akan terlihat busuk bila mata sedang diaduk-aduk cemburu. Kicau burung akan terdengar sumbang bila telinga sedang dicekoki cemburu. Cemburu hanya akan membuat segalanya kacau. (Halaman 69)

Andai masa kanak-kanak punya warna, ia pasti merupakan perpaduan antara warna merah rose carthame, hijau Winsor emerald, kuning aurora yellow, dan biru indigo. (Halaman 74)

“Saya ingat, ada kata-kata orang bijak. Bahwa di dunia ini tidak ada yang benar-benar hilang. Apa pun benda yang hilang itu, sebenarnya masih ada, namun memang belum diketemukan saja.” (Halaman 76)

Matahari sore meninggalkan bias berwarna lembayung dioxazine violet yang dipadu dengan kuning chrome deep, dan sapuan lembut merah quinacridone red. (Halaman 80)

Bulan sabit menggantung di langit malam. Bias rembulan berwarna kuning pale cadmium yellow. Dan langit merupakan biasan biru French ultramarine. (Halaman 93)

Suasana sarapan biasanya berwarna tegas namun lembut, seperti warna hijau Prussian green atau lila Winsor violet. (Halaman 99)

Kalau macet boleh milih warna, pasti ia akan memilih warna perpaduan antara warna kuning yellow ochre dan cokelat burnt sienna. (Halaman 106)

Bila penyakit itu berwarna pucatnya kuning Naples yellow, kesembuhan pasti seterang matahari pagi dan warnanya pasti kuning aurora yellow. (Halaman 113)

Keterkejutan terkadang bisa berwarna kuning cadmium yellow deep ataupun merahnya cadmium red light. Tergantung seberapa besar rasa keterkejutannya. Jika kecil, ia pasti cenderung ke kuning. Kalau besar, pasti ia akan condong ke merah. (Halaman 122)

Tak selamanya warna gelora itu harus sesilau terangnya jingga cadmium orange. Terkadang gelora bisa juga seadem lembutnya biru ultramarine light. (Halaman 128)

Semua mimpi itu sesungguhnya hitam-putih. Tidak ada mimpi yang berwarna. Semua gambar yang hadir di dalam mimpi hanya berwarna putihnya titanium white, atau hitamnya lamp black. (Halaman 135)

Sinta tersenyum. Ternyata kesetiaan memang tidak bisa mendua. Kesetiaan sifatnya mutlak. Tidak ada yang namanya setengah setia. Karenanya, manusia harus menentukan, memilih setia atau tidak… (Halaman 143)

Prioritas tak pernah bisa dikungkung dalam satu jenis warna saja. Ia harus bergradasi dari warna muda ke warna tua. Sesuai urutan kepentingannya. Misalna dari yang muda seperti biru cerulean blue, sampai biru yang tua seperti French ultramarine. (Halaman 146)

Salah paham sering diduga berwarna merah quinacridone red. Padahal kalau mau memilih warna yang lebih tepat, salah paham itu berwarna jingga cadmium orange. (Halaman 152)

Hanya ada satu warna yang tepat untuk melukiskan orang psycho. Yaitu hitam. Baik hitam lamp black atau ivory black. Semua perpaduan warna yang cederung hitam cocok menggambarkan jiwa yang sakit. (Halaman 159)

Susah untuk menentukan warna dusta. Dusta itu sesuatu yang sangat menyakitkan. Kalau harus memilih dari spectrum warna yang ada, warna mana yang lebih bisa menggambarkan dusta? Apakah merahnya quinacridone red? Atau birunya pithalo blue? Jangan-jangan malah cokelatnya Van Dyke brown? (Halaman 171)

Waktu mengubah segalanya. Langit bisa berwarna cobalt blue saat matahari tepat di atas kepala. Waktu mengubahnya di sore hari, menjadi permainan merahnya warna iridescent magenta, jingganya perinone orange dan kuningnya cadmium lemon yellow. (Halaman 181)

Memilih warna untuk menggambarkan masa lalu bukan pekerjaan mudah. Sebelum mulai kita harus tahu warna masa kini dulu. Baru kita bisa memastikan warna masa lalu. Kalau warna masa kini hijau oxide green, kemungkinan warna masa lalunya dulu berwarna cokelat raw sienna. Kalau masa kini berwarna jingga cadmium orange, hampir dapat dipastikan masa lalu berwarna kuning Naples yellow. (Halaman 188)

Jikalau putus asa diberi warna biru cerulean blue hue, ia akan kelihatan terlalu pucat. Betul. Tapi tetap saja tidak sepucat bilamana ia diberi warna kuningnya Naples yellow hue. (Halaman 199)

Sebuah kebuntuan kadang malah tampil dalam warna-warna yang berani. Semisal merah tajam quinacridane red. Atau biru tegas seperti phthalocyanine blue. Atau hijau murni seperti hooker green deep. Bahkan ungu matang seperti dioxazine violet. (Halaman 204)

Sebuah kebetulan selalu punya dua sisi, makanya ia punya dua warna. Yang satu sisi pasti birunya cobalt blue. Satu sisi lainnya warna keabu-abuan Paynes’s gray. (Halaman 207)

Jika Ijen harus memberikan warna pada kerinduan, mungkin ia akan mewarnainya dalam nuansa jingga cadmium orange, dan biasan merahnya rosemadder deep. (Halaman 216)

Ketidakberdayaan memang bukan suatu keadaan yang mudah diberi warna. Andai sudah diwarnai dengan merahnya rosemadder deep, ia seketika tampak seharusnya malah diwarnai dengan merah cadmium red deep. Begitu diwarnai dengan cokelat Van Dyke brown, langsung terlihat bahwa ternyata ia lebih pantas diwarnai cokelat raw umber. (Halaman 225)

Siapa bilang dendam tidak bisa punya warna? Tentu saja bisa. Semua perasaan yang dikenal dalam kehidupan manusia, bisa punya warna. Dan dendam mutlak berwarna merahnya crimson lake. Ya, mutlak. Tidak ada lagi warna lain diantaranya. (Halaman 235)

Keletihan terkadang merekah dalam warna yang tak terduga. Bila tubuh letih, sering warna pilihannya hijau turquoise green atau sap green. Bila pikiran yang letih, warna pilihannya cenderung hijau cedar green atau juniper green. (Halaman 239)

Tak ada cara tepat untuk mengukur warna keterlambatan. Apakah ia patut dinilai dengan diwarnai jingganya orange chrome? Atau lebih pantas diukur setelah dibias warna ungunya imperial purple? Lalu, bagaimana bila diwarnai dengan sapuan warna lembayung red violet lake? Berapakah ukuran yang tepat? (Halaman 245)

Fitria melambungkan masa depannya. It’s not where you’re from, it’s where you’re going. (Halaman 265)

RESENSI
Judul                           : Doa Ibu
Penulis                                    : Sekar Ayu Asmara
Penerbit                       : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal                           : 272 halaman
Tanggal Terbit                        : Agustus 2009

            Sinopsis :
DOA IBU, diawali dengan kisah tokoh pelukis muda bernama Ijen. Di hari pernikahan kawannya, Khaled, tiba-tiba sang pengantin wanita yang bernama Dewanti menghilang dengan sangat misterius. Kehilangan membuat Khaled khilaf dan memutuskan untuk bunuh diri, hingga akhirnya Khaled mengalami koma. Ijen telah berjanji pada kawannya itu untuk menemukan Dewanti, namun dalam pencariannya ia justru semakin menemukan keganjilan demi keganjilan.
Ketiga sahabat Ijen lainnya yaitu Rajiv, Giok Nio, dan Cepol turut membantu Ijen dalam mencari Dewanti. Namun, dalam pencarian itu Rajiv dan Cepol turut menghilang begitu saja dengan misterius dan disaksikan sendiri oleh Ijen.
Kisah lain terjadi pada kehidupan seorang Ibu bernama Madrim yang baru saja ditinggal suaminya ke keabadian. Dan kematian suaminya seakan membuka kunci rahasia-rahasia yang selama ini disembunyikan suaminya. Di hari suaminya meninggal, seorang perempuan beserta anak kecil datang melayat dan ternyata perempuan itu adalah selingkuhan suami Madrim. Namun Sinta, anak Madrim, tidak serta merta membenci Ibu tiri dan adik tirinya. Sinta justru menjalin hubungan dengan Asih, adik seayahnya.
Rahasia besar bukan hanya disembunyikan oleh Bintang, suami Madrim, namun juga disembunyikan oleh Madrim. Selama ini Madrim menikahi Mas Bin tanpa rasa cinta. Ia mencintai seorang lelaki bernama Bisu yang terpaksa ia tinggalkan karena tidak mendapat restu dari orang tua mereka. Madrim sempat hamil karena Bisu, namun ia menggugurkan anak itu dan membuangnya.
Takdir mempertemukan Ijen dan Madrim melalui peristiwa luar biasa yang tak pernah terbayangkan. Saat Ijen menyatakan cintanya kepada Giok Nio, tiba-tiba tubuhnya terurai menjadi partikel-partikel kecil dan menghilang dari hadapan Giok Nio. Ijen menemui Ibundanya, Madrim.
Selama ini Ijen dan kawan-kawannya hidup di sebuah dunia semu yang seperti cerminan dunia nyata. Ijen dan kawan-kawannya adalah ruh dari anak-anak yang dibuang karena aborsi. Mereka tumbuh dan memiliki kehidupan di dunia semu itu. Dan jika saatnya tiba mereka akan menemui takdirnya, yaitu menemui perempuan yang pernah mereka tinggali rahimnya.
Ijen hanya bisa dilihat oleh Bundanya, Madrim. Ijen menuntun Madrim untuk menemui Bisu hingga akhirnya mereka bertemu dan saling melepas rindu. Namun, bukan untuk waktu yang lama. Karena kehadiran Ijen menandakan bahwa Madrim pun akan menemui takdirnya. Madrim dan Bisu mengalami kecelakaan maut dan jatuh ke jurang dengan saling bergandengan tangan.

            Ulasan :
Saya sangat menyukai gaya kepenulisan yang digunakan Sekar Ayu Asmara. Bahasa yang digunakan tidak jarang indah dan puitis. Seperti penggunaan perumpamaan warna dalam melukiskan suasana cerita. Kalimat-kalimatnya tidak bertele-tele dan kebanyakan koma, melainkan kalimat yang digunakan singkat, jelas, dan padat makna.
Membaca kisah dalam novel ini seperti membagi hati menjadi berbagai suasana. Dan ini menarik. Ada kalanya penuh tanda tanya, dan tak jarang merasa ngeri (horror). Namun endingnya benar-benar menjadi sebuah kejutan dan menjawab segala pertanyaan yang timbul.
Mungkin satu hal yang menurut saya kurang dalam novel ini adalah kurangnya ice breaking.
Bagaimanapun, novel DOA IBU ini sangat saya rekomendasikan untuk Anda baca di sela waktu senggang Anda. Alur kisahnya akan membuat Anda enggan berhenti membaca dan ingin terus melanjutkan. Selamat Membaca :-)

Karanganyar, 17 Juni 2014
12 : 16 PM
Semoga Bermanfaat :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar