Bismillahirrohman
nirrohim..
Sampai
sekarang Lista masih mempercayai teori yang ia buat sendiri tentang bagaimana
menilai seseorang. Yah, teori yang berbunyi “Jugde a Book by Its Cover”,
nilailah sebuah buku dari sampulnya. Kenapa demikian? Sementara banyak yang
meyakini bahwa “penampilan itu belum
tentu mewakili kepribadian seseorang, jadi jangan nilai seseorang berdasarkan
penampilannya. Lihatlah ke dalam hatinya, bacalah isi buku itu sebelum memberi
penilaian”, Lista justru berpikir “bagaimana
bisa menilai isinya jika tidak semua buku bisa kita miliki? Kan tidak semua
seri buku tersedia di Perpustakaan untuk bebas di baca? Dan logikanya, apa ada
buku kumpulan puisi yang bertuliskan ‘Pintar Berhitung Matematika untuk Kelas 5
SD’ pada sampulnya? Bukankah sampul sebuah buku juga bertuliskan judul yang
mewakili isi buku tersebut?”.
Jadi, Lista lebih suka menilai seseorang berdasarkan penampilan dan bahasa tubuhnya.
Jadi, Lista lebih suka menilai seseorang berdasarkan penampilan dan bahasa tubuhnya.
Teori
Lista ini bukan tak berdasar, semakin hari, semakin banyak orang yang ia temui,
semakin kuat pula kepercayaan Lista pada teorinya itu. Hingga suatu hari yang
begitu berbeda, hari dimana Lista menyadari bahwa teorinya itu tidak selalu
benar bagi semua buku. Teorinya tidak berlaku bagi buku yang memiliki sampul
ganda, seseorang yang menutupi sampul dirinya yang sesungguhnya dengan sampul
kepura-puraan. Seseorang yang menggandakan sampulnya demi kasihnya kepada
Lista………
*** ***
“Lis,
kumaha raporna? Udah di ambil?” tanya Putri di hari kenaikan kelas XI ke kelas
XII. Tapi Lista hanya mengangkat pelan bahunya dengan konsentrasi masih pada
layar handphonenya.
“Kunaon
kitu Lis? Teh Mela ngga dateng lagi?” seperti semester-semester sebelumnya.
Anggukan kecil Lista membuat Putri langsung terdiam.
“Haah..
mana sempet teh Mela ngurusin sekolahku? Pulang ke rumah buat nengokin adiknya
aja ngga pernah..”
“Hhh..
ya kamu yang ngertiin teh Mela juga dong, secara kan teh Mela artis. Papan
atas, banyak fans, terkenal dimana-mana. Kan sibuk shooting juga buat
ngebiayain hidup kamu..” cerocos Putri memperkeruh suasana.
Lista
menghela napas pendek dan berdiri. Ia bergegas memakai earphone dan melenggang
meninggalkan Putri.
“Loh
List? Mau kemana?” teriak Putri, “Apa aku salah ngomong ya?.. ah sialan, kalo
Lista kayak gitu udah jelas aku salah ngomong..”
Lista
berjalan ke halte bus, menanti si roda empat berhenti dan mengangkutnya. Tanpa
tujuan jelas Lista asal naik bus yang petama kali berhenti di hadapannya. Ia
masih membawa perasaan yang sama setiap harinya, perasaan jengkel pada kakaknya
yang menurutnya tak mempedulikannya sama sekali. Mela adalah satu-satunya
keluarga yang ia miliki, setelah kecelakaan maut merenggut kedua orang tuanya
untuk selamanya lima tahun yang lalu. Namun, Mela tak pernah menjadi kakak yang
baik di mata Lista.
Dua bulan
setelah kepergian orang tua mereka, Mela mengikuti sebuah audisi menjadi model di
Jakarta dengan tujuan utama mendapat penghasilan untuk hidup mereka berdua.
Mela merasa tidak mungkin selamanya ia dan Lista harus hidup pas-pasan. Mela
diterima dan meniti karir di Ibu kota, meninggalkan Lista di Bandung. Hari-hari
berlalu, bulan berlalu, dan tahun-tahun pun berlalu. Mela hanya sesekali mengunjungi
Lista saat lebaran meskipun selalu mengirimi Lista uang yang banyak.
Tak
terasa air mata Lista menetes mengingat kedua orang tuanya. Lista memandang
awan berarak dalam lamunannya..
“Teh..
Lista kangen teteh, bukan uang teteh. Mana janji teh Mela pada Abi dan Umi buat
selalu ngelindungi Lista? Teh Mela bahkan ngga pernah ada buat Lista..” ucapnya
dalam hati.
Tiba-tiba
seseorang yang tak di sadari Lista duduk di sampingnya memberinya sehelai tisu.
Lista menoleh dan melihat senyum lembut seorang perempuan yang langsung saja
mengingatkan Lista pada kakaknya. Dan perasaan jengkel Lista muncul lagi, tapi
Lista menerima tisu itu sambil memaksa senyum di bibirnya..
“Haturnuwun
teh..” ucap Lista singkat, yang dibalas senyuman oleh perempuan itu, masih dengan
senyuman yang sama. Di lihat dari penampilannya, Lista percaya bahwa perempuan
tersebut adalah seorang mahasiswi yang hendak berangkat kuliah. Senyum
lembutnya menyiratkan ketulusan seorang kakak kepada adiknya, tapi Lista pikir
perempuan itu justru tidak memiliki adik dalam keluarganya.
Bus
berhenti di depan sebuah Universitas,
“Teteh
duluan ya neng.. jangan kebanyakan ngebuang airmata berharga neng lagi.” ucap
si perempuan. Dan dibalas senyuman kecil Lista. Lista menjadi salut dan
tersentuh dengan ucapan perempuan itu, sepanjang perjalanan tadi ia menangis
tapi perempuan itu tidak mengucapkan sepatah kata pun untuk menghibur Lista,
tidak mencoba bertanya apapun, dan itu membuat Lista merasa bebas menangis di
sana. Bahkan Lista sempat melihat saat perempuan itu mencegah beberapa orang
yang hendak menanyai Lista.
Bus masih
melaju, Lista masih melamun di depan jendela tanpa tahu apa yang ia pikirkan
lagi. Banyak orang yang bergantian duduk di sampingnya tanpa ia hiraukan,
1. Seorang
Nenek yang mengenakan kebaya dan konde lengkap. Lista menduga Nenek itu mungkin
akan ke kondangan, dan Lista benar.
“Duh
kumaha sih A’? bisa telat ini ka kawinan si Rohali..” ucap Nenek itu pada
seorang pria yang berdiri di samping beliau.
“Punten
atuh Mak, mobilna mogok. Ya terpaksa naik bus..”
2. Seorang
anak SD berseragam yang naik bus bersama Ibunya dengan wajah masam. Ini hari
penerimaan rapor, jadi Lista berpikir bahwa mungkin adik itu mendapat peringkat
buruk di kelasnya. Dan lagi-lagi Lista benar,
“Mah…”
ucap anak itu lirih pada Ibunya yang duduk di seberangnya.
“Naon?! Teu usah minta ka Taman! Di suruh rangking
siji bae teu bisa, malah rangking dua! Mak isin….”
Oh, perkiraan Lista sedikit melenceng. Lagipula kejam sekali emak itu, pikir Lista.
Ternyata Lista masih lebih beruntung tidak pernah ada yang memaksanya untuk
menjadi pintar.
3. Seorang
perempuan modern yang berdandan ala artis. Lista menduga pasti dalam hatinya perempuan ini udah nggak betah naik bus.
Perempuan itu tidak seperti seorang yang biasanya naik bus, penampilannya lebih
cocok jika naik taksi atau mobil pribadi. Gelagatnya seperti orang menahan
amarah, tangannya menggerak-gerakkan kipas terus menerus, padahal suasanan bus
cukup sepi dan tidak begitu panas menurut Lista.
“Ergh… panas banget sih?! Mana supirnya lelet pula..”
gerutunya, “emang selalu lambat kayak gini ya neng?” tanyanya pada Lista.
“Eh.. ehm.. engga kok teh, mungkin karna sedikit
macet.” Jawab Lista dengan sedikit tergagap karena pertanyaan yang tiba-tiba.
Ternyata benar dugaan Lista bahwa perempuan itu tidak terbiasa naik bus.
Perempuan itu lalu beranjak dari tempat duduknya
menuju kursi depan yang terdekat dengan supir bus dan tampak mengomel. Lista
tak mau mendengar keributan apa pun jadi ia putuskan langsung memasang
earphone.
Lista terbangun dari tidurnya, ia terhenyak kaget saat
menyadari bahwa ia masih dalam bus yang ia tumpangi dari sekolah tadi. Ia
melihat keluar jendela dan terheran-heran melihat pemandangan di depannya.
Lista kira ia salah naik bus, karena ia tak mengenali daerah yang sedang
dilihatnya itu. Lista harus kembali, Lista tak seharusnya dalam bus itu.
Lista menghampiri supir bus,
“Maaf Pak saya mau tanya, ini bus menuju kemana ya
Pak?”
“Loh neng, kita sudah hampir sampai di Jakarta.” Jawab
Pak Kondektur.
“Jakarta, Pak? Waduh saya salah naik bus Pak, saya
turun di sini saja Pak..” Lista mulai kebingungan.
“Wah neng kalau mau balik Bandung lagi nanti pas sudah
sampai di terminal sekalian ya neng, kita baru saja masuk jalan tol..” ucap pak
supir.
Lista tertunduk lesu..
“Pak, terus tadi kenapa saya nggak di mintain uang
karcis?” tanya Lista heran.
“Tadi pas bapak keliling, si neng lagi tidur. Trus
neng juga dibayarin perempuan yang duduk di samping neng..”
“Perempuan?” lalu Lista kembali ke kursi tempat ia
duduk tadi, masih dalam bingung.
“Loh? Teteh yang tadi pagi kan?” Lista melihat
perempuan yang duduk di kursi di sampingnya adalah perempuan yang memberinya
tisu tadi pagi. Perempuan itu tersenyum,
“Tapi.. aku nggak seharusnya di sini teh..” ucap Lista
lirih dengan tatapan kosong ke luar jendela, “oh ya teh, ini uangnya teteh aku
ganti..” Lista mencari dompetnya dalam tas.
“Ntos teu usah neng.. teteh seneng bisa ngebayarin
neng,” perempuan itu masih tersenyum, “Oh iya, nama teteh Lisa..”
“Ah iya teh, haturnuwun lagi kalo gitu teh Lisa..
namaku Lista, teh” ucap Lista. Dalam hati ia bersyukur karena dengan begitu ia
punya cukup uang untuk kembali ke Bandung setibanya di Jakarta nanti.
“Tadi maksud Lista bahwa nggak seharusnya di sini
kenapa neng? Apa ada hubungannya dengan kesedihan Lista tadi pagi?” kini Lisa
bertanya tanpa senyuman.
“Ehm.. bukan teh, Lista salah naik bus dan tadi
ketiduran.”
“Hah? Kalo gitu maafin teteh ya, nanti teteh cariin
bus buat balik ke Bandung dan teteh janji teteh bayarin lagi soalnya kamu
kejebak di sini gara-gara teteh juga..” terlihat sekali bahwa Lisa menyesal.
“Teh Lisa baik banget.. tapi teu usah teh. Ini salah
Lista sendiri juga… coba tadi pagi Lista nggak marah karna ucapan Putri…” lalu
secara otomatis Lista menceritakan masalahnya, secara detail. Lisa mendengarkan
dengan seksama, tak sedikitpun menyela Lista. Ia hanya mengangguk tanda
mengerti.
Lista menyeka air mata yang mulai menetes di pipinya
lagi,
“Maaf teh, Lista malah jadi curhat panjang lebar..
setelah ini teteh boleh lupain curhatan Lista..” ucap Lista, ia sendiri juga
heran. Baru kali ini ia mempercayai orang yang baru dikenalnya dengan begitu
mudah.
Lisa ternyata ikut meneteskan air mata mendengar
ungkapan Lista mengenai kakaknya, “Ngga apa apa neng, teteh ngga bakal lupa..
walaupun teh Lisa ngga punya adik tapi teteh janji kalo teteh diberi kesempatan
punya adik, teteh ngga bakal ninggalin dia. Teteh ngga mau dia sesedih Lista..”
“Iya teh.. sekarang Lista sedikit lega karna udah
cerita.”
*** ***
Setuju sekali mba, jangan menilai seseorang hanya dari luar saja.
BalasHapusDisini Supplier Vinyl Lantai anti bakteri terlengkap, Tersedia vinyl rumah sakit seperti pada kamar operasi, ICU, NICU, PICU, Lab, KLinik dll.
Dapatkan pelapis lantai harga murah hanya di Toko Lantai Vinyl Jakarta.
Jenis Vinyl Pelapis Lantai terbaik dan berkualitas, Produk Impor bersertifikat ISO.
Distributor Lantai Vinyl Harga murah se indonesia.
Inilah jenis Vinyl Lantai Rumah Sakit terpopuler pemakaiannya pada rumah sakit saat ini, Lebih khusus pada kamar operasi.
Jual Wallpaper Dinding 3D harga murah, Gambar dan ukuran sesuai kebutuhan.
https://listangga.blogspot.com/