Rabu, 26 Februari 2014

[Mozaik Blog Competition 2014] Mbah Aesop

Event Mozaik Blog Competition sponsored by beon.co.id. 




     Bukan musisi yang pandai mengungkapkan rasa lewat nada, bukan pula penyair yang pandai merangkai kata dengan indahnya, aku hanya seorang yang berusaha mengungkapkan maksud melalui tulisan. Yang kuinginkan adalah perubahan, setidaknya perubahan apa yang kurasakan dalam hati; menjadi lebih lega. Yang kuharapkan adalah kenangan, setidaknya untuk kutertawakan sendiri di hari kelak karena kedewasaanku; menertawakan karya sendiri. Yang sangat kudambakan adalah membangun apa yang kurasa belum kumiliki jika hanya  mengandalkan gen dari kedua orang tuaku; bakat menulis. Dan yang kuidamkan adalah
memberi manfaat kepada lingkungan, bukankah sebaik-baiknya manusia adalah yang berguna bagi manusia lainnya?
            Apa yang mendorongmu menulis? Tidak ada. Sama sekali tidak ada dorongan yang memaksaku untuk menulis. Kurasa otakku secara otomatis memberi perintah pada jari-jari ini untuk menuliskan apa yang dipikirkannya. Aku bukan orang yang pandai berbicara dan mengumbar perasaan begitu saja melalui lisan. Tidak semudah itu. Aku butuh media yang membuatku tanpa rasa malu mengungkapkan apa yang ingin kuungkapkan dengan bebas berekspresi wajah seperti apapun dan tanpa harus menatap mata siapapun.
            Menulisku tanpa tujuan, hanya dengan niat mengungkapkan. Justru, si tujuan lah yang datang seiring dengan apa yang kutulis.
            Siapa yang menginspirasimu? Sebenarnya secara khusus inspirator menulis tidak ada, atau justru tidak ada karena terlalu banyak inspirator?
            Membaca dulu baru menulis, benar kan? Ya, dengan membaca kisah-kisah yang telah dibukukan dan mendapat pesan moral di dalamnya, saat mendapati ide mengenai kisah yang muncul secara tiba-tiba, secara otomatis aku akan menulis. Di usia remaja, kebanyakan buku yang kubaca bertemakan cinta dan sekolah. dan saat itulah aku menuliskan sesuatu yang bertema sama. Tapi beranjak dewasa, aku mulai berpikir bahwa itu bukan suatu tema yang akan mendatangkan manfaat besar bagi pembaca jika tanpa dibumbui hal-hal di luar kelogisan.
            Mungkin berawal dari buku berisi kumpulan dongeng Aesop yang kubaca, aku mulai menyukai kisah-kisah sederhana “tanpa bumbu di luar kelogisan” yang justru lebih bermakna, realistis, dan bermanfaat dalam kehidupan. Aku sangat menggemari dongeng-dongeng inspiratif tersebut, aku menggemari kisah-kisah yang diajarkan Mbah Aesop seperti halnya kisah-kisah si Kancil yang di ceritakan kakek dikala kecil. Aku membayangkan apabila aku hidup di zaman Mbah Aesop. Mungkin saat itu aku akan berharap menjadi cucunya dan tidak pernah ingin tumbuh dewasa agar bisa selalu mendengar dongeng darinya. Walaupun ternyata, dongeng-dongeng tersebut terasa lebih realistis saat aku tumbuh dewasa dan memahami kehidupan.
            Aku ingin menjadi seperti beliau, yang kisah-kisahnya bermanfaat dan selalu dikenang.
            Aku ingin menjadi seperti beliau, yang kisah-kisahnya dikenal seluruh dunia dan di ceritakan setiap malam menjelang tidur.
            Menonton kisah di film juga seringkali menginspirasi untuk membuat tulisan, seperti kisah dalam 1778 Stories of Me and My Wife. Ada kekuatan menyehatkan di balik tulisan.
            Suka duka dan jatuh bangun dalam mewujudkan impian menjadi seorang penulis? Banyak. Dan lebih banyak lagi dari yang kukira sebelumnya. Kubahas dulu mengenai dukanya, karena aku tak ingin apa pun yang berakhir dengan duka. Duka yang kurasa mungkin belum sedalam duka para penulis yang sukanya sudah besar di masa sekarang.
Duka adalah saat tulisanmu tak ada yang membaca kecuali kamu memintanya. Duka adalah saat pembaca tulisanmu tak meninggalkan jejak sehingga kamu tidak bisa memperbaiki tulisanmu. Duka adalah saat kamu menyadari bahwa sebenarnya tulisanmu tidak layak disebut sebagai tulisan. Duka adalah saat orang yang kamu harapkan menjadi pembaca pertamamu justru memilih menonton sinetron di televisi. Duka adalah saat kamu merasa malu karena ternyata tulisanmu mirip sebuah diary. Duka adalah saat tulisanmu ditolak dan dikembalikan. Tapi duka terbesar adalah saat tulisanku sama sekali tidak mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Sedangkan suka, suka adalah saat seorang yang tak kamu sangka sebenarnya menjadi pembaca setiamu. Suka adalah saat kamu mendapat kritikan dan saran untuk memperbaiki karya. Suka adalah saat seseorang mampu meneteskan air mata setelah membaca tulisanmu. Suka adalah saat statistik pembaca tulisanmu meningkat. Suka adalah saat menertawakan tulisanmu di masa lampau karena tulisan itu terasa lucu saat kamu membacanya sekarang, tapi itu wajar dan memang harus begitu, ada yang mengatakan “seseorang sudah dewasa ketika ia sudah bisa menertawakan dirinya di masa lampau.” Tapi suka terbesar adalah saat tulisanku mendatangkan manfaat bagi orang lain, mungkin tertawa, menangis haru, ataupun menjadi suatu inspirasi dalam hidupnya.

Karanganyar, 26 Februari 2014
Semoga Bermanfaat :-)
s4stika



Tidak ada komentar:

Posting Komentar