s4stika
cerita lanjutan dari Senyum Anti Sindiran [Bagian 1]
Pagi di
hari minggu menjadi pagi sampah di kompleks kami, karena setiap pagi di hari
minggu seorang bapak tua yang kukenal sebagai Pak Tarno akan mengangkut
sampah-sampah dari rumah kami dengan gerobak kayunya menuju TPS. Pagi ini aku
sengaja menunggu Pak Tarno di depan pintu dengan sekantong plastik penuh
sampah.
“Tari!
Ngapain di depan pintu bawa-bawa sampah?” suara Fajri dari rumah sebelah
mengagetkanku dari lamunan.
“Nungguin
pak Tarno, Faj.”
“Kenapa
musti ditungguin? Tinggalin aja di depan, nanti juga diambil..”
Mendengarnya
aku hanya tersenyum miris. Tapi tak urung Fajri pun keluar lalu duduk di teras
sambil memainkan handphone-nya.
Beberapa
saat kemudian, kulihat pak Tarno mulai mendekat. Pak Tarno mampir ke rumah
Fajri sebelum ke rumahku.