Kamis, 21 Agustus 2014

Senyum Anti Sindiran [Bagian 2]


s4stika

cerita lanjutan dari Senyum Anti Sindiran [Bagian 1]

            Pagi di hari minggu menjadi pagi sampah di kompleks kami, karena setiap pagi di hari minggu seorang bapak tua yang kukenal sebagai Pak Tarno akan mengangkut sampah-sampah dari rumah kami dengan gerobak kayunya menuju TPS. Pagi ini aku sengaja menunggu Pak Tarno di depan pintu dengan sekantong plastik penuh sampah.
            “Tari! Ngapain di depan pintu bawa-bawa sampah?” suara Fajri dari rumah sebelah mengagetkanku dari lamunan.
            “Nungguin pak Tarno, Faj.”
            “Kenapa musti ditungguin? Tinggalin aja di depan, nanti juga diambil..”
            Mendengarnya aku hanya tersenyum miris. Tapi tak urung Fajri pun keluar lalu duduk di teras sambil memainkan handphone-nya.
            Beberapa saat kemudian, kulihat pak Tarno mulai mendekat. Pak Tarno mampir ke rumah Fajri sebelum ke rumahku.

Jumat, 15 Agustus 2014

Senyum Anti Sindiran [Bagian 1]


s4stika

Setiap pertemuan kita dengan orang-orang, masing-masing memiliki makna dan pelajaran tersendiri bagi kehidupan kita…

            Kulirik lagi Fajri yang dengan tergesa-gesa mengerjakan PR matematika dari Pak Luhur kemarin siang. Ah aku salah, ia bukan sedang mengerjakan PR itu melainkan sedang menyalin pekerjaan milik Anida, teman sebangkuku. Lagi.
            Sepersekian detik kemudian Fajri tampak tersenyum puas dan menghela napas lega sebelum kemudian beranjak berdiri menghampiri meja kami.
            “Ini An, buku kamu..” ucapnya sembari meletakkan buku di atas meja. Anida yang sedang berkutat dengan TTS-nya mendongak,
            “Oh, iya.” Hanya itu yang diucapkan Anida dan ia kembali memutar pandangan pada TTS.
            “Lestari, kamu udah ngerjain?” tanya Fajri tiba-tiba padaku.
            “Udah…”
            “Oh…” ucapnya sambil lalu. Dalam hati aku menggumam Oh, dia melakukannya lagi.
***                              ***