Jumat, 12 Desember 2014

“Sungguh banyak!”, Rita bilang


s4stika

            Kelas hening, hanya terdengar suara celotehan beberapa mahasiswi di luar kelas yang kebetulan lewat. Tak ada jantung yang tak berdebar di antara sekian mahasiswa dalam kelas yang menunggu sang dosen kesayangan mereka, siapa lagi kalau bukan Pak Dodi. Hari ini hari yang aneh, seisi kelas mengakuinya. Pak Dodi pagi-pagi sekali mendadak mengabarkan kepada PJ makul bahwa hari ini akan diadakan UK 3 Listrik Magnet yang notabene “sedikit sulit dicerna perut” Rita dan kawan-kawannya.
            Rita menundukkan kepala dan menengadahkan tangannya. Berdo’a dengan hikmat di barisan kursi paling depan. Setelah beberapa detik tiba-tiba Rita mendongakkan kepalanya, mengangkat tangannya yang masih menengadah dan berteriak, “Aaamiiin!!” dengan lantangnya. Kemudian ia mengusapkan kedua tangannya ke seluruh wajahnya.
            Mendengar teriakan Rita yang tiba-tiba, tentu saja seisi kelas yang tadinya hening menjadi memalingkan pandangan kepadanya dengan tatapan penuh tanda tanya. Rita sendiri acuh, menoleh sedikit dan balik memberi tatapan aneh yang paling misterius. Sebagian teman-temannya bergidik ngeri, sebagian lain menjadi geli, dan sebagian lain tak peduli.
            Rita mulai mengeluarkan Hand-Out perkuliahan yang menjadi andalan setiap UK Listrik Magnet. Ia mulai membuka satu per satu halaman dan komat-kamit membaca,
            “Tidak? Yang ini? Nggak mungkin lah…” ucap Rita berbicara sendiri, membuat seisi kelas memandangnya lagi.
            “Iya, mana yang bakal keluar UK? Masa iya harus ngehafal semuanya? Gimana sih? Apa? Coba aku belajar tiap hari, gitu? Haaahh…” tutur Rita lagi, kali ini dengan sedikit emosi yang menggebu. Tatapan Rita menuju depan, sedangkan sejauh mata memandang yang ada di depan Rita hanyalah papan tulis. Teman-teman Rita pun mulai bergidik ngeri dan bertanya-tanya, Ada apa dengan Rita? Apa dia kerasukan? Atau hanya berhalusinasi dan bicara pada diri sendiri? Atau…??
            Lisa hampir saja mendekati Rita untuk bertanya kalau saja Pak Dodi belum hadir, tapi tiba-tiba Pak Dodi datang dengan senyum lebar di bibirnya. Membuat jantung yang sudah berdebar menjadi lebih berdebar lagi karena mereka berpikir “Selalu ada sesuatu dibalik senyuman seorang dosen”.
            “Maaf hari ini tidak jadi UK, saya ganti dengan tugas saja..” tutur Pak Dodi dengan santainya. Berpuluh-puluh mahasiswa pun menghembuskan napas lega. “Hari ini kita lanjutkan membahas mengenai Hukum Ampere saja..”
            Kemudian Pak Dodi mulai memberi gambaran mengenai Hukum Ampere yang akan dibahas. Rita memperhatikan Pak Dodi dengan tatapan yang berlebihan. Ia hanya berkedip sesekali saja jika matanya sudah benar-benar lelah. Rima yang tanpa sengaja memperhatikannya menjadi ngeri dan berbisik pada teman-temannya,
            “Ssstt.. ngrasa ada yang aneh nggak sih sama Rita hari ini?” ucap Rima.
            “Iya. Tadi pagi aja teriak-teriak dan ngomong sendiri..” sahut Rini.
            “Sekarang liat deh, dia merhatiin Pak Dodi sampe melotot gitu. Emang bisa fokus ya pandangan yang tanpa kedipan?” ucap Rima lagi.
            “Iya ih.. jangan-jangan sekarang Rita bisa ngeliat makhluk….” Lisa menggantung kalimatnya.
            “Ah, apaan sih? Mana mungkin Lis!” sahut Reni.
            “Ya bisa jadi, buktinya tadi dia ngomong sendiri. Trus sekarang tatapannya nggak fokus gitu. Eh dan liat tuh dia lagi komat-kamit…” Sahut Dini.
            “Eh, eh, ngomongin apa sih?” ucap Roni nimbrung dari barisan belakang.
            “Itu tuh si Rita. Kayaknya sekarang dia bisa ngliat deh…”
            Percakapan tersebar, dan seterusnya hingga seisi kelas bergidik ngeri memandang Rita.
            Kemudian Pak Dodi mulai mengeluarkan spidol, menuliskan sederetan keterangan dan rumus di papan tulis. Kini Rita mulai berhitung dengan suara gumaman.
            “Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas,…” dst ia kian berhitung. Hingga pada hitungan ke lima puluh, ia mengepalkan telapak tangannya dan menghentak meja dengan keras.
            “MasyaAllah.. banyak sekali..” ucapnya nyaring membuat seisi kelas mendengar ucapannya. Pak Dodi pun menoleh dan memberi tatapan yang menuntut  penjelasan.
            “Maaf Pak.. hehe” ucap Rita nyengir.
            Pak Dodi tak acuh dan kembali menuliskan rumus.
            “Ada apa Rita? Apa yang banyak? Apa yang kamu liat Rit? Di sini banyak penghuninya ya?” teman-teman Rita menghujaninya dengan pertanyaan.
            “Apaan sih kalian?! Aku tuh dari tadi komat-kamit ngitungin kata yang diucapin Pak Dodi dan huruf yang ditulis Pak Dodi di papan tulis. Ternyata baaanyaaaak banget ya? Baru beberapa menit aja udah 50 kata dan 100 huruf, gimana per jamnya ya..” tutur Rita polos.
            “Haaaaah????!!!”
Seisi kelas pun menjadi hening.




Karanganyar, 12 Desember 2014
19: 53 WIB
Semoga Menghibur Bermanfaat  :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar