Selasa, 16 Desember 2014

Draft 10 : Hubungan Fiksi ~ Nonfiksi Menguak Luka Lama Tentang Operasi Lalu Lintas Polisi


Adakah keterkaitan antara fiksi dan nonfiksi? Adakah hubungan di antara mereka?
Seorang teman pernah bertanya padaku setelah ia membaca cerpen yang kubuat (read: Plat Nomor Pak Dosen). Ia bertanya, “Sekar, cerpen kamu itu berdasarkan pengalaman pribadi ya?”. Jujur aku sedikit tercengang, heuh? Apa iya cerpen yang kubuat sungguh seperti kenyataan?  Karena semua Cerpen dan Cerbung yang kubuat murni sebuah fiksi. Meskipun sebagian terilhami dari kejadian-kejadian nyata di sekitar ;-). Tapi tetap saja itu hanya sebuah fiksi, sebuah hayalan.
            Aku pernah membaca dalam pembukaan atau kata pengantar atau apalah namanya itu dalam novel Putu Wijaya yang berjudul Kroco, sebuah kalimat yang menghujat adanya penggolongan cerita menjadi fiksi dan nonfiksi.
            “Penggolongan fiksi dan non-fiksi itu sendiri merupakan sebuah fiksi.”

Kurang lebih begitu bunyinya. Aku jadi bingung saat membacanya. Sedikit berputar-putar namun membuatku menjadi berpikir. Apa iya? :o
            Ada kejadian lain yang membuatku kepikiran, yaitu sehari setelah menulis cerpen Plat Nomor Pak Dosen –yang berkisah mengenai tabrak lari- , aku tanpa sengaja menabrak seekor kucing yang melintas di samping masjid desa tetangga. Kami (aku dan kucing) sama-sama ngebut dan terkejut. Aku tergesa untuk segera sampai di rumah, dan si kucing mungkin tergesa untuk segera sampai di seberang jalan. Belum sempat aku menghentikan laju motorku, tapi si kucing mengerang ngeri dan membuat dadaku seketika saja berdebar.
            Kuhentikan motorku dan menoleh ke belakang, si kucing tergeletak kaku di pinggir jalan. Terbaring tak berdaya dan berdarah. Aku langsung takut dan menjadi begitu panik. Tapi aku tidak kabur pulang begitu saja seperti yang dilakukan Pak Dodi dalam hayalan Lisa (read: Plat Nomor Pak Dosen), aku kembali dan menghampiri si kucing malang yang tergeletak kaku. Aku berpikir bahwa kucing itu mati. Apa yang harus kulakukan? Aku tak cukup berani memegang si kucing malang yang menjadi korbanku. Aku pun memanggil seorang adik yang kebetulan lewat dan ku kenal, Ragil namanya. Tapi ia sendiri juga tak berani.
            Tapi, sungguh Alhamdulillahirobbil’alamiin. Allah belum menakdirkan si kucing untuk mati. Kucing itu bangun dan berdiri secara tiba-tiba. Membuatku terkejut sekaligus menghela napas lega. Kudiamkan saja ia dan menunggu. Aku begitu ingin membelai dan meminta maaf kepadanya, tapi kemudian si kucing seperti tersedak dan ingin muntah.. aku pun jadi ciut dan tak berani menyentuh si kucing, meski hati merasa begitu iba.
            Dua kali si kucing seperti tersedak dan ingin muntah sebelum akhirnya ia berlari menuju arah dimana ia berlari akan menyeberang. Kembali ke kegelapan di barat masjid. Aku tidak tahu apakah harus merasa lega atau bagaimana, tapi yang jelas tentu aku masih khawatir pada si kucing. Semoga saja ia baik-baik saja. Dan setelah kejadian itu, tiap berkendara ngebut aku seringkali dihantui perasaan Bagaimana kalau tiba-tiba seekor kucing lewat menyeberang lagi? Masih mau ngebut?  
            Sebenarnya tidak ada keterkaitan antara Plat Nomor Pak Dosen dengan insidenku yang tanpa sengaja menabrak kucing. Tapi seolah ada keterkaitan saja. Jadi, Adakah Hubungan Fiksi Non-Fiksi?? Hanya Allah Yang Maha Tahu :’)

***

            Sebenarnya judul Draft kali ini merupakan gabungan dari tiga frasa, yaitu “Hubungan Fiksi-Nonfiksi”, “Menguak Luka Lama”, dan “Tentang Operasi Lalulintas Polisi”.
            Di atas, aku sudah membicarakan sedikit mengenai Hubungan Fiksi-Nonfiksi. Kini aku ingin menuliskan mengenai Menguak Luka Lama. Sebenarnya singkat saja. Tadi siang setelah aku mempresentasikan mengenai “Setting Students Up For Success” dalam mata kuliah Bahasa Inggris Fisika 2, pak Dosen bertanya,
“Do you like English?”
“Do you take a course of English?”
Sebuah pertanyaan yang menguak luka lama. Tentu aku masih saja menjawab, “Yes, I do.”. Tapi kemudian aku jadi teringat bahwa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UNS telah menolakku hingga akhirnya aku terdampar di sini.
            Tapi terdampar di Prodi Pendidikan Fisika bukanlah sebuah hal buruk. Berada di sini sendiri bagiku menjadi sebuah penjagaan tersendiri dari Allah :’) , dimana lingkungan yang mengelilingiku merupakan lingkungan yang terjaga, InsyaAllah.
            Bahasa Inggris bisa dipelajari siapapun, dimanapun, kapanpun. Karena Bahasa Inggris adalah bahasa Internasional yang kini bagiku tak harus kupelajari melalui pelajaran formal. Banyak hal yang bisa membuat kita belajar Bahasa Inggis bukan? Tapi, fisika? Sebuah mata pelajaran yang selalu menjadi masalah tersendiri bagi sebagian pelajar tidaklah dengan mudah dipelajari secara autodidak, bukan?
            Kadang saat merasa benar-benar down, aku berkata pada diri sendiri
Meskipun seringkali merasa bukanlah passionmu di sini, merasa bukanlah tempatmu di sini, merasa bukanlah keahlianmu di sini. Tapi di sinilah kamu! Inilah yang ditakdirkan Allah! Tak bisakah kamu melihat sisi positif dari takdir Allah? Bukankah Allah Yang Maha Tahu mana yang lebih baik bagimu?”

***

            Nah, sekarang mengenai Tentang Operasi Lalu lintas Polisi.
            Akhir-akhir ini sedang gencar-gencarnya Operasi Zebra itu kan? Nah aku hanya ingin bercerita satu hal saja.
            Saat itu aku berangkat kuliah pagi, seperti biasa aku melewati tikungan sebelah alumni SMPku, SMP N 1 Tasikmadu. Nah sebelum sampai di tikungan itu aku melihat seorang bapak yang mengendarai sepeda motor sambil memberikan tanda peace dengan tangannya. Aku jadi bertanya-tanya, Ih ada apaan Pak? gaul amat sampe ngasih peace segala?
            Lalu aku menyadari bahwa banyak pengendara yang membelokkan arahnya ke arah yang tidak biasanya. Tapi aku acuh saja sebelum aku melihat ternyata setelah tikungan sudah ada mobil polisi dan beberapa polisi lalu lintas yang biasa beroperasi. Tapi aku lolos, alhamdulillah tidak diminta berhenti.
            Kemudian tak berapa jauh dari sana, di depanku seorang Ibu memboncengkan anaknya yang masih SD. Dan yang ingin kuceritakan adalah bahwa si anak ini mengangkat tangan kanannya dan mengepalkan jari-jarinya kecuali jari telunjuk dan jari tengah yang berdiri dan merapat, seperti tanda peace namun dengan kedua jari yang rapat. Aku jadi teringat bapak-bapak yang kulihat sebelum tikungan.
            Lalu aku jadi berpikir, mungkin si bapak dan si anak SD ini memberikan tanda yang sama pada pengendara lain dari arah berlawanan bahwa Sedang ada operasi lalu lintas polisi.
            Aku baru tahu itu. :-)




Karanganyar, 16 Desember 2014
20:03 WIB
Semoga Bermanfaat :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar