s4stika
Kulirik jam dinding yang tergantung
di dinding seberang ranjang kutidur. Ah, baru pukul setengah lima pagi, tapi
kenapa aku sudah terbangun? Disaat seharusnya masih jet lag seperti ini? Mungkin ini karena biasanya Maryam rajin membangunkanku
untuk sholat subuh. Rupanya pagi yang berbeda di tempat yang berbeda terasa
sedikit aneh. Biasanya terdengar seruan ayam jago yang saling bersahutan dari
rumah-rumah tetangga, seruan adzan yang dikumandangkan dari masjid-masjid
kampung, dan terasa guncangan lembut tangan Maryam membangunkanku dari lelap.
Namun, pagi di Kuala Lumpur tanpa Maryam sungguh senyap dan tenang.
Sesuatu dalam kepalaku memaksa
untuk kutidur kembali, bukankah
kesempatan mendapatkan ketenangan seperti ini tidak datang setiap hari? Aku
menurutinya, kutarik kembali selimut hangat yang disediakan hotel dan
memejamkan mata. Tapi tiba-tiba sebuah suara lembut berkumandang berkali-kali
dalam kepalaku,
“Tidak
baik Mas tidur kembali setelah subuh, nanti rezekinya diperpendek bagaimana?”