made with: Canva |
Games ini benar-benar menggungah saya, menyadarkan saya betapa selama ini saya begitu kejam kepada bumi, langit, dan seisinya. Saya menyadari hal tersebut ketika merenung dan menelaah kemana saja perginya sampah yang saya produksi selama ini.
Saya awali dengan mengidentifikasi jenis-jenis sampah yang saya (dan keluarga) hasilkan. Saya membedakannya menjadi tiga kategori utama, yaitu Organik, Anorganik, dan Komposit.
1. Organik
Sampah organik saya bagi kembali menjadi mentah dan diolah. Organik mentah seperti kulit dan biji buah, sisa sayur yang tidak dimasak, daun kering, dan kotoran hewan ternak. Sedangkan organik diolah (processed organic) seperti nasi sisa, sayur sisa, kertas koran, dan kertas kardus
2. Anorganik
Sampah anorganik saya bedakan menjadi tiga golongan, yaitu anorganik bersih, anorganik kotor, dan elektronik. Sampah anorganik bersih seperti botol plastik bekas AMDK, plastik bening bekas bungkus sayuran dari warung, plastik bening berlabel bekas jajan, sachet (kemasan dengan alumunium foil di dalamnya), dan sikat gigi bekas.
Sampah anorganik kotor misalnya plastik-plastik bekas minyak, coklat, dan bungkus pasta gigi. Sedangkan sampah anorganik elektronik seperti charger dan headset yang sudah rusak, kabel bekas, batu baterai yang habis voltasenya.
Sampah anorganik saya bedakan menjadi tiga golongan, yaitu anorganik bersih, anorganik kotor, dan elektronik. Sampah anorganik bersih seperti botol plastik bekas AMDK, plastik bening bekas bungkus sayuran dari warung, plastik bening berlabel bekas jajan, sachet (kemasan dengan alumunium foil di dalamnya), dan sikat gigi bekas.
Sampah anorganik kotor misalnya plastik-plastik bekas minyak, coklat, dan bungkus pasta gigi. Sedangkan sampah anorganik elektronik seperti charger dan headset yang sudah rusak, kabel bekas, batu baterai yang habis voltasenya.
3. Komposit
Mungkin istilah ini masih jarang digunakan, saya sendiri baru mengetahui setelah bergabung di grup Plastic Free July bentukan @zerowastenusantara pada Juli 2018 kemarin. Alhamdulillah Allah paring bertemu dengan orang-orang luar biasa yang lebih peduli dan cinta pada lingkungan. Sampah komposit/gabungan adalah sampah dari benda-benda yang bahan bakunya gabungan dari organik dan anorganik. Sangat mengerikan bahwa ternyata benda-benda yang sangat dengan kehidupan sehari-hari, yang kita kira aman dan murni organik, ternyata dicampur dengan anorganik! Misalnya kertas-kertas glossy, kain spunbond, baju-baju dan jaket yang dicampur serat sitetis seperti polyester (plastik!!). Jadi galau kaaaaan... 😭
Nah setelah mendata sampah-sampah di atas, saya mengidentifikasi kemana masing-masing sampah itu pergi. Kemudian, saya menghasilkan lima besar tempat perginya produksi sampah saya tersebut.
Mungkin istilah ini masih jarang digunakan, saya sendiri baru mengetahui setelah bergabung di grup Plastic Free July bentukan @zerowastenusantara pada Juli 2018 kemarin. Alhamdulillah Allah paring bertemu dengan orang-orang luar biasa yang lebih peduli dan cinta pada lingkungan. Sampah komposit/gabungan adalah sampah dari benda-benda yang bahan bakunya gabungan dari organik dan anorganik. Sangat mengerikan bahwa ternyata benda-benda yang sangat dengan kehidupan sehari-hari, yang kita kira aman dan murni organik, ternyata dicampur dengan anorganik! Misalnya kertas-kertas glossy, kain spunbond, baju-baju dan jaket yang dicampur serat sitetis seperti polyester (plastik!!). Jadi galau kaaaaan... 😭
clipart: pixabay, greenhome.co.za, gallery.yopriceville, clker.com |
Nah setelah mendata sampah-sampah di atas, saya mengidentifikasi kemana masing-masing sampah itu pergi. Kemudian, saya menghasilkan lima besar tempat perginya produksi sampah saya tersebut.
1. Dibakar
Di sini saya menyadari betapa besarnya peran saya dalam fueling climate change. Sejak saya kecil, saya sangat akrab dengan pembakaran sampah. Tidak hanya sampah anorganik, tapi juga sampah organik. Menurut data My Little Plastic Footprint setiap orang Indonesia menyumbang sampah plastik 19 kg/tahun. Jika usia saya sekarangan 23 tahun, maka saya sudah menghsilkan 437 kg sampah plastik alias 4 kuintal sampah sepanjang hidup saya! Itu baru saya, belum lagi dari anggota keluarga yang lain.. Dan yang lebih menyedihkan lagi, mayoritas sampah saya berakhir dibakar! Menjadi dioksin dan gas beracun lainnya, serta menjadi gas rumah kaca di atmosfer yang menyebabkan pemanasan global. Ya Allah.. 437 kg sampah saya 😭
Pembakaran sampah adalah kebiasaan yang insyaAllah akan saya hilangkan mulai sekarang. Semoga Allah paring kemudahan, kelancaran, dan kebarokahan.
2. Dikomposkan
Keuntungan hidup di pedesaan adalah masih banyaknya tanah yang "telanjang", tanah yang belum ditutup adonan semen. Jadi, sampah-sampah organik dapat dengan mudah dibiarkan menjadi kompos. Mengapa saya katakan "dibiarkan" bukan diolah? Karena memang kami tidak pernah mengolahnya seperti jika membuat kompos di komposter. Kami hanya membuat lubang di kebun (sekitar 2 x 3 meter) untuk tempat pembuangan sampah. Jika sudah penuh maka akan dibuat lubang di bagian lain kebun, bagitu seterusnya. Ini adalah metode pembuangan sampah yang insyaAllah akan saya pertahankan.
3. Dipakan Ternak
Salah satu keuntungan berternak ayam adalah bebas dari kebingungan membuang sisa makanan (processed organic), terutama yang sudah basi. Saya salut pada ayam-ayam yang memiliki sistem pencernaan luar biasa sehingga dapat mengonsumsi makanan basi. Alhamdulillah. InsyaAllah saya akan terus berternak ayam!
4. Digunakan Kembali
Ayah saya adalah tipe orang yang tidak mudah membuang barang. Beliau lebih suka menyimpan barang untuk digunakan suatu waktu ketika diperlukan. Sifat ini menurun pada saya, jadi declutter adalah hal yang sulit bagi saya 😭
Barang yang disimpan sebenarnya termasuk barang yang bisa dijual ke pengepul untuk didaur ulang. Jadi, metode ini insyaAllah juga saya pertahankan.
5. Dibuang Sembarangan
Last but not least, membuang sampah sembarangan adalah kebiasaan saya selama puluhan tahun! Saya biasa membuang sampah ke sungai di depan rumah, termasuk sampah plastik! Saya sangat menyesal dan sedih.. Berapa banyak mikroplastik yang saya sumbangkan ke perairan 😭 Misalnya setiap bulan saya sebagai perempuan mengalami masa menstruasi yang tentu saja menghasilkan residu pembalut. Ini pengakuan yang berat dan menyedihkan. Tapi inilah kenyataan yang harus saya hentikan. InsyaAllah saya akan berhenti membuang sampah sembarangan ke sungai! Harus bisa!
Lima hal di atas hanya berdasarkan kehidupan saya semata. Teman-teman yang hidup di lingkungan kota mungkin memiliki metode pembuangan sampah yang berbeda, misalnya pembuangan sampah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Coba deh sesekali tengok keadaan TPA, sista! Sampah yang kita "buang" tidak benar-benar pergi, namun hanya berpindah tempat! Berpindah tempat ke lingkungan orang lain, yaitu para pemulung yang tinggal di sekitaran TPA. Jadi, rumah kita bersih tapi rumah orang lain yang menjadi kotor. Saya ingin membahas TPA tapi akan sangaaaat panjaaaang.. Jadi, sista bisa searching sendiri di internet ya! Please!
Nah, bicara tentang searching, sista bisa pakai search engine yang ramah lingkungan lhoh! Namanya Ecosia. Saya sebenarnya juga mau membahas Ecosia, tapi insyaAllah di tulisan selanjutnya.
Semoga setelah membaca tulisan ini, sista semua bersedia merenung sejenak untuk mengidentifikasi kemana saja sampah sista pergi dan apakah sudah baik atau justru perlu ditelaah kembali!
Semangat #belajarzerowaste! :D
Cooming soon: Know Your Waste - Kemana Seharusnya Sampahku Pergi Mulai Sekarang?
Check out my post on Instagram : know your waste 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar