Jumat, 09 Mei 2014

Diary Sang Zombiegaret : Mencium Naraku


s4stika


Rasanya masih bisa kukenang sebatang lintingan tembakau di atas meja yang dulu selalu menemani sepiku. Rasanya masih bisa kuhirup aroma kepulan asap yang dulu terasa begitu menggelorakan sistem respirasiku. Dan rasanya masih bisa kuingat tawaku saat memperlakukan asap yang keluar dari hidungku sebagai mainan paling lucu seperti halnya anakku Nara yang sedang memainkan boneka beruangnya.

Tapi kini, lintingan itu, meskipun masih sangat menggodaku untuk menghirupnya, namun dengan penuh kesadaran aku tahu aku akan semakin tak bisa berkata-kata karenanya. Lintingan itulah yang perlahan menggerogoti lisanku dengan begitu lembut dan dengan cara yang begitu manis. Candu adalah senjata utamanya, ia menyerangku dengan peluru yang mereka sebut dengan nikotin.
Sekarang mereka –manusia-manusia di sekitarku- mengecam dan menyalahkanku saat bibirku bahkan sudah tidak bisa membuat satupun pembelaan. Mereka mengatakan “kapok” tanpa tahu rasa perih yang lebih dari kapok yang melandaku. Bahkan sebelum lisan ini membisu, mereka telah lebih dulu menyiksaku dengan menjauhkan Naraku tersayang.
“Jangan mendekati cucuku.. jauhkan mulut bau nikotinmu itu jauh-jauh!” ucap mertuaku saat aku hendak menggendong Nara. Dengan gerakan gesit, beliau merebut Nara dari tanganku.
“Mas.. setidaknya tolong letakkan benda berasap itu sebelum Mas ingin mendekati Nara.” Ucap istriku dengan lembut. Ah Nisa, gadis desa baik-baik yang kunikahi dua tahun silam itu benar-benar membuatku merasa tak pantas untuk menjadi pendampingnya. Kelembutannya berbanding terbalik dengan ucapan tegas mertuaku.
Kini, bahkan setelah berhenti mengepulkan asap dari mulutku, masih saja aku tidak bisa mencium pipi Naraku tersayang. Yang dilakukan Nisa dan mertuaku memang benar, Nara tak boleh dekat-dekat denganku. Peluru candu itu telah menumbuhkan suatu hal yang tidak kumengerti yang mereka sebut sebagai kanker mulut. Apapun itu yang jelas kini pita suaraku hampir benar-benar tak berguna karenanya. Hal itu menumbuhkan tambahan-tambahan dalam mulutku yang benar-benar mengganggu. Minum segan, makan pun enggan.. dan di saat seperti ini justru keinginan mulutku untuk merasakan kembali candu itu menjadi begitu besar. Biasanya, akan ada ketenangan merasuk bersama candu itu ke dalam paru-paruku.
Tapi nuraniku melawan, melawan untuk tidak menghirup racun candu itu lagi. Dan rasanya sungguh menyesakkan pada awalnya, dunia terasa berputar dan seluruh badanku goyah. Tapi Nara.. ya, demi Nara akan kulawan sesak ini. Di hari perih ini bisa kulampaui, dengan harapan penuhku niscaya aku bisa mencium Naraku untuk pertama kali.
Nisa dan Nara selalu datang membawakanku senyum ke dalam bilik tempatku terbaring lemah dalam gedung bernama rumah sakit ini. Ragaku melemah bersama bergulirnya waktu, tapi tidak dengan jiwaku. Nara duduk di pangkuan ibunya di samping ranjangku. Pada awalnya Nara bergidik ngeri menatap wajahku yang tampak seperti monster baginya, tapi Nara kini mulai terbiasa. Tuhan, kenapa tidak dari dulu Engkau memberiku hal menyeramkan ini sehingga aku bisa dekat dengan Naraku? Aku terima sesak ragaku ini, asal jiwaku damai bersama Nara dan Nisaku untuk selamanya.
Seorang laki-laki berperawakan besar yang mengenakan jas putih dan mengalungkan stetoskop di lehernya memberitahuku bahwa keadaanku semakin kritis.
“Saya semakin bahagia, dokter..” ucapku saat itu.
Hal yang mereka sebut dengan kanker ini mungkin memang menggerogoti ragaku, namun hal itu juga menumbuhkan ketenangan jiwa dan mendekatkanku dengan Naraku tersayang. Mungkin aku memang belum bisa mencium pipi Nara untuk pertama kalinya, namun sudah bisa kucium kebahagiaan dalam tawa dan sentuhan tangan mungilnya.
***
Butiran bening mendesak keluar dari sudut kedua mata Nara saat ia membaca sebuah buku yang diberikan ibunya. Nara mencium buku itu dengan membayangkan itu adalah sosok Ayahnya. Nara merindukannya. Nara yang beranjak dewasa tanpa seorang Ayah bertekad akan mewujudkan mimpinya memberantas benda bernikotin dari muka bumi!



Karanganyar, 09 Mei 2014
Semoga Bermanfaat :-)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar