Rabu, 03 September 2014

Draft 8: Jembatan Asosiasi

Tolong jangan tanya, apa itu jembatan asosiasi, karena aku sendiri belum paham betul dengan frasa itu. Tapi kalian boleh menghujat, lantas kenapa membuat entri dengan judul tersebut? Well, Jembatan Asosiasi adalah satu-satunya frasa yang menggelitik pikiranku kala kuliah pagi tadi.
Harus kuakui, kuliah Teknologi Pembelajaran dengan dosen pagi tadi cukup menarik –cukup disayangkan pula, karna aku selalu duduk di barisan belakang.
Jadi begini, sang dosen mengawali perkuliahan dengan pengenalan tentang pentingnya Teknologi Pembelajaran, dengan cara yang unik, yang mengingatkanku pada sebuah kutipan yang kurang lebih begini:
Manusia suka mendengar, dan ingin didengarkan.
Manusia suka memahami, dan ingin dipahami.
Manusia suka mencintai, dan ingin dicintai.
Begitulah, manusia adalah makhluk komununikasi dua arah –two ways communication.

Kalian sangat paham maksudnya, bukan? Dan berdasarkan materi kuliah tadi, yang kutangkap adalah Teknologi Pembelajaran menekankan pada usaha bagaimana kita (calon guru) sebagai transmitter yang akan menyampaikan message (materi) kepada receiver (murid), nantinya. Sebagai transmitter yang ingin dipahami, kita harus mulai dengan memahami receiver kita terlebih dahulu. Kita harus paham siapa dan bagaimana mereka.

Ah, sebelum membahas lebih lanjut, ada baiknya aku menceritakan permainan kecil tadi pagi.

Alkisah, sang dosen berkata akan menjelaskan apa itu pengertian Teknologi Pembelajaran, kemudian beliau memanggil salah satu dari kami yang berasal dari luar pulau Jawa. Ia diminta membaca dan menghafalkan sesuatu yang belum kami mengerti. Jujur, dalam hati aku mulai menebak-nebak ah paling-paling nanti dia diminta ngejelasin ke temen-temen apa yang barusan dia baca tentang Teknologi Pembelajaran, tapi kemudian sang dosen bertanya,

“Sudah hafal?”

“Ya,” jawab temanku dengan tegas.

Aku mulai berdecak dalam hati, wow sekali temanku yang satu itu, untung bukan aku yang diminta maju karna aku lamban dalam menghafal.

“Sekarang, kamu maju.” Ujar sang dosen sembari menunjuk salah seorang teman yang duduk di depan, “Kamu sampaikan apa yang baru saja kamu baca pada temanmu ini. Tapi jangan sampai yang lain tahu..” lanjut beliau pada temanku yang maju pertama.

Lalu mereka saling berbisik. Sebenarnya apa yang mereka bisikan? Ah, aku jadi teringat hadits yang melarang kita berbisik-bisik dengan ketentuan:

“Nabi ngendhika: Nalikane ana wong telu, maka wong loro iku ora kena bisik-bisik ninggalne salah sijine.”(Nabi bersabda: Saat ada tiga orang, maka dua orang itu tidak boleh berbisik-bisik meninggalkan yang satu) –kitabul Adab

Ya, ketentuannya adalah jika hanya ada tiga orang. Sedangkan di kelas kami ada sekitar tiga puluhan orang yang hadir. Jadi, insyaAllah bisik-bisik tadi tidak menyalahi sunah Nabi ;)

Kembali ke kelas. Jadi setelah orang kedua dirasa menerima pesan, ia diminta memanggil salah satu teman sebagai penerima pesan yang kedua, dan begitu hingga orang ke lima. Pada akhirnya, orang ke lima menuturkan dengan lantang pesan apa yang ia terima,

“Aturane 210453” ucapnya lantang. Aku sedikit tercengang, apa?

Setelah dikonfirmasi pada yang pertama kali membaca pesan, dia bilang yang disampaikan orang ke lima benar adanya. Tapi tunggu dulu… saat kertas yang bertuliskan kalimat yang seharusnya disampaikan ditunjukkan oleh sang dosen, terkuaklah misteri kalimat yang sesungguhnya. Di sana bertuliskan:

ATURANA 210453

Sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan. Nah, di sinilah peran persepsi, budaya, dan pemahaman yang tertanam pada pikiran seseorang sebelum mempelajari sesuatu yang baru. Ujar dosen saya, yang menjadi masalah di sini adalah bahasa dan adat istiadat. Sebenarnya hanya sedikit perbedaan antara Aturane 210453 dan Aturana 210453 dalam segi penulisan. Tapi dari segi terjemahan ke dalam bahasa Indonesia Ujarnya 210453 dan Ujarkan (Katakan) 210453 sangat berbeda.

Dapat pointnya? :)

Baiklah, setelah itu aku baru mendengar istilah Jembatan Asosiasi setelah sang dosen ngendhika kurang lebih begini:

“Bisa saja saya menghafalkannya dengan mengingat Kartini53,” ujar beliau.

Ah, memang benar. 21-04 bisa dianggap melambangkan 21 April yang merupakan hari lahir Kartini. Jadi, apakah Jembatan Asosiasi bisa disamakan dengan istilah jembatan keledai yang sering kita gunakan?

***

Bahasa, oh bahasa.

Izinkan aku mengutip percakapan lucu yang kubaca dalam buku Satu Tiket ke Surga oleh Zabrina A. Bakar:

Penelepon        : Halo, saya bisa bicara dengan Annie Wan? (Annie Wan diucapkan eniwan)
Operator         : Ya, anda bisa bicara dengan saya.
Penelepon        : Bukan begitu, saya ingin bicara dengan Annie Wan!
Operator         : Ya, saya mengerti anda ingin bicara dengan anyone (juga diucapkan eniwan tetapi berarti ‘siapa saja’). Anda bisa bicara dengan saya. Nama anda siapa?
Penelepon        : Saya Sam Wan (diucapkan samwan). Dan saya harus bicara dengan Annie Wan! Ini penting sekali!
Operator         : Saya tahu anda adalah someone (juga diucapkan samwan tetapi berarti ‘seseorang’), dan anda ingin bicara dengan anyone! Tapi masalah penting apakah itu?
Penelepon        : Well, katakan saja kepada adik saya Annie Wan bahwa kakak laki-laki kami Noe Wan mengalami kecelakaan (Noe Wan diucapkan nowan). Noe Wan terluka dan sekarang dibawa ke rumah sakit. Sekarang Avery Wan (diucapkan everiwan) sedang dalam perjalanan ke rumah sakit.
Operator         : Dengar ya, kalau no one (juga diucapkan nowan tetapi berarti ‘tidak seorang pun’) yang terluka dan no one dibawa ke rumah sakit, maka kecelakaan itu bukan masalah penting! Anda mungkin menganggap ini lucu, tapi saya tidak punya waktu untuk melayani urusan ini!
Penelepon        : Kau ini kasar sekali! siapa namamu?
Operator         : Saya Saw Ree (diucapkan I’m Saw Ree seperti I’m sorry yang berarti saya menyesal).
Penelepon        :  Ya! sudah seharusnya kamu menyesal. Sekarang sebutkan namamu!
Operator         : Tadi sudah saya katakan. I’m Saw Ree.
Penelepon        : Yaa ampuuun!!!

Kurasa percakapan itu cukup bisa menjadi ice-breaking, bukan? ;)

Di sana terlihat adanya salah komunikasi. Jadi benar adanya yang dikatakan dosenku tadi, bahwa agar pesan tersampaikan secara Efektif-Efisien, maka Transmitter harus bisa mengemas Message dengan baik dan receiver harus memiliki antena yang berfungsi untuk menerima pesan. :)

Mari menjadi transmitter dan receiver pesan yang baik! ^.^

Karanganyar, 02 September 2014
23:06 WIB
Semoga Bermanfaat :-)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar