Pagi ini aku terbangun dengan perasaan dan sebab yang
berbeda. Perasaan yang berbeda; biasanya rasa malas yang menghinggapi kepalaku,
tapi pagi ini rasanya segar dan menyejukkan. Sebab yang berbeda; biasanya aku
terbangun karena suara ibuku yang membangunkanku –setelah berseru untuk ke
sekian kalinya, tapi pagi ini sebabnya adalah suara adzan subuh yang
berkumandang pas pada lafadz Hayya ‘Alash
Sholaah… ah, Alhamdulillah.
Dan teman-teman, ternyata bangun pagi itu memang baik bagi
pikiran dan hati. Menjadi lebih tenang, terutama saat merasakan perasaan nyaman
mendengarkan nyanyian Kukuruyuuk yang bersahutan, ah
terdengar bagai simfoni yang indah. Bukankah suara para ayam jago itu
menandakan bahwa mereka melihat para malaikat? Saat seperti itu, perasaan
bahagia menyeruak dan membuatku ingin memanjatkan doa-doa yang banyak dengan
harapan para malaikat akan membawanya ke hadapan Allah…
“Nabi ngendhika: Nalikane sira kabeh iku krungu ing jago kluruk, maka
jaluka ing Allah saka kefadholane Allah sebab jago kluruk iku merga ngerti
malaikat. (Nabi bersabda: Saat kalian mendengar jago ber-kukuruyuk, maka
mintalah pada Allah atas keutamaan Allah karena jago ber-kukuruyuk itu karena
melihat Malaikat.) –Kitabudda’wat
Seringkali aku bangun lebih siang dan segalanya terasa kacau karena
ketergesaan. Aku jadi menyesal dan iri pada teman-temanku yang sering bercerita
bahwa mereka selalu bisa bangun pagi, bahkan sebelum subuh untuk melaksanakan
sholat malam. Kenapa selama ini aku susah melakukannya?
Tapi, hari ini ketergesaan yang rutin berkunjung di pagi hari
pun absen, aku menjadi memiliki waktu lebih untuk berangkat lebih awal. Setelah
kuhitung-hitung aku punya waktu satu jam. Rencanaku simple saja, berangkat ke
kampus lalu duduk manis dan membaca buku sembari menunggu dosen rawuh. Tapi yang terjadi bukan demikian,
tanpa dinyana-nyana Mila (kelas VII) datang ke rumah dan minta bantuan untuk
mencarikan teks hasil observasi untuk tugas Bahasa Indonesia yang akan
dikumpulkan siang ini. Jadi, mungkin ini alasan kenapa aku harus bangun pagi.
Karena bisa jadi aku terlambat dan tergesa-gesa kalau saja aku bangun lebih
siang dan belum siap untuk menghadapi hari. Tapi, Alhamdulillah, Allah memberi kemudahan.
Ah teman-teman, mari bertekad untuk selalu bangun pagi
(terutama sepertiga malam yang akhir) agar kita bisa mendengar nyanyian Kukuruyuk
yang indah bak simfoni di pagi hari dan memanjatkan doa-doa dan pengharapan
kita! ^_^
***
Akhir-akhir ini banyak peristiwa yang membuatku lebih percaya
pada Intuisi
yang kurasakan. Aku memang tak
jarang menolaknya, tapi saat itu terjadi, hal-hal tak berjalan sesuai dengan
yang kuharapkan dan timbullah yang disebut “Masalah” –yang menurut dosen
Pendidikan Agama Islamku berarti saat realitas tidak sesuai dengan idealitas.
Masalah, oh masalah. Ia memang menyusahkan, tapi ia juga
memberikan sesuatu yang begitu berharga bagi kehidupan kita… Pelajaran Hidup.
Coba simak kisah Pohon Ek dan Alang-Alang berikut ini dari Dongeng Aesop:
Pada suatu ketika, terjadi hujan
kecil, namun diiringi angin ribut yang besar dan memporakporandakan hutan. Tak
kalah, petir pun menyambar-nyambar
saling bergantian, saling mendahului.
Sebuah pohon Ek besar tumbuh di
tengah hutan, ia berusaha sekuat tenaga menahan dan melawan angin besar yang
menerpanya. Ia merasa cukup kuat untuk bisa bertahan dan mengalahkan angin itu.
Sedangkan di sisi lain, keadaan berbeda dengan yang dilakukan pohon Ek. Para
alang-alang yang tumbuh di bawah pohon Ek besar justru kegirangan mendapat
angin besar, mereka bergerak bersama arah angin, menari-nari di antara angin
dan bergembira.
Saat angin reda, hari pun kembali
cerah. Matahari tanpa enggan menyiramkan sinarnya kepada hutan. Awan hitam
sudah tak berjaga, digantikan oleh awan putih serabut yang indah. Burung-burung
bebas beterbangan kembali dan berkicau dengan riangnya. Namun, saat mereka
memutuskan untuk hinggap di dahan pohon Ek besar di tengah hutan seperti
biasanya, mereka terkejut bukan kepalang.
Sang pohon Ek yang perkasa telah
tumbang karena tak kuasa melawan angin,
“Hei alang-alang, kalian ringan
dan lemah, kenapa tidak kalah tertiup angin sepertiku?” tanya pohon Ek
keheranan dengan nafas tersengal.
“Kamu melawan angin, begitulah
jadinya… kami sih mengikuti arah angin saja..” jawab para alang-alang.
Kisah Pohon Ek dan Alang-alang di
atas kurang lebih sejalan dengan yang
dikatakan Taylor Swift:
“Life isn’t about waiting the rain to stop,
but it’s about dancing in the storm.”
Kurang lebih
seperti itu, maksudnya “Hidup bukanlah menunggu hujan berhenti, tapi bagaimana
menari di antara badai.”
Keputusan ada di tangan kita masing-masing, apakah akan memilih
menjadi si Pohon Ek yang melawan masalah dengan menggerutu dan memaksakan diri,
atau menjadi si Alang-alang yang mengikuti arus masalah dan menikmatinya?
THE CHOICE
IS YOURS! :-)
Karanganyar,
03 September 2014
22:03
WIB
Semoga
Bermanfaat :-)
How to make money on slot machines
BalasHapusSlot machine games are exactly what they sound like - slot หาเงินออนไลน์ machines that simulate the action of real gambling. They don't look like they are real money casino games,